Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2016

Playlist Manyingnyang

Tidak ada yang tahu apa itu arti manyingnyang. Mungkin ada, tapi bukan milennials. Kata manyingnyang menunjukkan ‘perasaan yang ngga jelas’. Lagi ingin apa? Ngga tahu. Lagi mau kemana? Ngga punya tujuan. Lagi kenapa? Ngga ngerti. Terus dilanjut dengan tidur-tiduran merasa mengambang seperti rumput laut. Seperti yang dikatakan Gotye, “ you can get addicted to a certain kind of sadness ”. Ketika seseorang sedih, kadang ada juga perasaan manyingnyang di dalamnya. Seolah apa-apa di dunia ini ngga berarti, karena kamu ngga tahu apapun, dan ngga paham sama dirimu sendiri.

Sifat Orang PDKT-an yang Ngga Banget

Berbicara dari pengalaman, sifat buruk seseorang kadang terlihat saat kencan pada masa PDKT. Dan itu ngga banget. Ingatlah, kata ‘ngga banget’ itu berarti seseorang tidak memenuhi spesifikasi yang saya harapkan. Mungkin perempuan lain justru beranggapan kalau hal itu menarik atau mempesona, ya balik lagi ke selera lah ya. Di bawah ini hal-hal sepele yang bikin saya nilai seseorang dan kaya “eww..ngga banget nih..”

Kentut

Saya pernah nonton variety show-nya Negri Gingseng, Hello Counselor . Acaranya membahas problematika, kesulitan, dan penderitaan seseorang. Kind of curhat, but the problem usually soooo silly and weird, you can’t even imagine. Disitu ada host sama penonton. Host berfungsi juga sebagai panelis tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Tanya jawabnya dua arah, dari sisi yang punya masalah dan yang jadi biang masalah. Hingga pada satu titik mereka coba memberi solusi. Terus penonton ngejudge itu masalah bukan untuk kemudian voting. Nah yang paling banyak dapet vote , nanti dapet hadiah. Ada satu episode yang menarik yang melibatkan hal paling manusiawi : kentut.

Obsessed With Relationship

I know that in our twenties, the first world problem always revolves around relationship thingy. I am still in my twenties. So.. As you may already know, mantan, gebetan, pacar adalah tiga donatur utama istilah baru dalam percakapan . Contohnya : galau, baper, friendzone , TTM (Oh God, I feel so old knowing this term), ababil, move on . Actually, I’ve been disscussing topic about ‘Dampak Nyata Posting tentang Mantan : Tinjauan dari Segi keGRan, Baper, dan Perasaan yang Tertinggal’ with my bestfriend, let’ s called her Esmeralda .

Punya Anak = Egois?

Saya bertemu pria yang bilang kalau punya anak itu tindakan yang egois. Saya tanya kenapa. Dia tanya balik, apa saya ingin punya anak. Saya bilang ya. Dia tanya alasannya. Saya katakan, anak adalah rezeki dari Tuhan, ngga semua orang bisa punya anak dan jadi seorang ibu atau ayah. Jadi kalau suatu saat rezeki itu dititipkan pada saya, punya alasan apa saya untuk menolak. Dia bilang saya egois. Pendapatnya sudah seperti upil kering. Makin digali, justru menempel semakin kuat. Dia lalu membenarkan posisi duduknya. Menatap saya dengan kedua matanya yang berpendar.

Pertanyaan Esensial untuk Potensial Jodoh

Bukan cuma seleksi karyawan perusahaan aja yang memerlukan interview yang komprehensif, mencari orang yang tepat buat melabuhkan jangkar hidup juga perlu interview . Inget loh, orang tersebut merupakan seseorang yang kita pilih menjadi dermaga tempat kita berlindung, dan badai setiap saat bisa menghantam biduk rumah tangga seseorang. Kita harus yakin betul bahwa dia kompeten dan sudah siap siaga untuk lepas landas.

Doing > Thinking

Pas kita sibuk, kita biasanya cuma bisa melihat apa yang ada di hadapan kita. Ngga ada waktu untuk menengok ke belakang, buat introspeksi diri atau merenung. Masalah yang kita tanganin tercecer dan mata kita sampe bolor melototin kerjaan, ngga ada waktu deh. Nah, kalau kita berhenti beberapa menit aja mencoba rehat, melepaskan penat, melupakan sejenak beban dan rutinitas, percaya atau ngga, yang sering terjadi adalah kita membayangkan hal-hal yang buruk. Resiko-resiko, kekhawatiran, kenangan masa lalu yang buruk, rasa takut akan ketidakpastian takdir dan segala hal yang tadinya ngga ada tiba-tiba menggunung jadi masalah baru.

Petuah Si Family Man

Ayah saya bilang, “Ngga ada pekerjaan yang lebih enak selain jadi pengusaha.” Saya bukan sedang mengkritik mereka yang bekerja di perusahaan. Saya juga budak korporat. Kalau saya boleh milih satu hal yang paling saya iri dari kerjaan ayah adalah beliau bisa milih meliburkan diri semaunya, ngga perlu izin, apalagi khawatir gaji dipotong. Kerjaan jalan, yang punyanya tetep bisa jalan-jalan. Saya pernah loh lihat sebuah adegan di drama jepang dimana seorang karyawan harus tetap bekerja bahkan ketika ayahnya meninggal dunia. Maaf referensinya dari drama, kadang saya percaya adegan drama punya kans jadi real . Sebagai pengusaha memang tanggung jawabnya berat, kepada Tuhan, keluarga, rekan kerja, pegawai dan kepada ilmu pengetahuan dan tetek bengek kemanusiaan.

Mantan

Sekiranya orang membaca judul di atas pasti mikirnya, “Wah, ini si aang belum move on nih kok ngomongin mantan sih.” Udah kok. Udah move on. Udah kan ya, ti? (nanya ke hati). Hati teriak-teriak sambil mompa darah, “Udah dong, lut.” Wuih, mulut sama hati sekarang udah fasih saling mengiyakan satu sama lain. Kenapa hari ini ngomongin mantan?

Tren Berbisnis

Setiap akhir pekan, di kedai kopi, kaffee, depan Circle K, salah satu percakapan berikut ini begitu normalnya terlempar : “Eh bikin startup yuk.” “Haduh males banget gw jadi pegawai, pengen punya usaha sendiri nih.” “Sukses itu kalau pergi ke kantor paling akhir, tapi gaji paling gede.” “Yang paling sukses tuh yang ngga usah ngantor lah, cukup pantau saham dari sofa di villa.” Statement di atas mungkin ngga asing bagi generasi saya yang berusia 20 tahunan ke atas. Tidak diperlukan riset kuantitatif yang memadai untuk bisa menggeneralisasi kenyataan kalau memang startup sedang jadi anak emas tumpuan ekonomi.

Hukum Murphy

Hukum Murphy berbunyi : apapun yang bisa jadi bencana, pasti akan berujung jadi bencana. Suatu hari saya lagi jalan-jalan di mall, tanpa alasan yang jelas, saat itu saya males banget ketemu orang yang saya kenal, apalagi kalau ketemu murid. Tahu-tahunya pas lagi mikir begitu, muncullah segerombolan murid yang manggil-manggil ‘ibu..ibu.. lagi ngapain?’ Inilah yang dinamakan hukum Murphy, kasusnya cukup ringan. Mungkin dalam kasus yang lebih pelik, saya bisa saja ketemu mantan dengan gebetan barunya. Dan dalam kasus yang sangat mengenaskan, gebetan barunya lebih cantik dari saya.

Kenapa “The One” Tak Kunjung Muncul

Pada beberapa orang masalahnya bukan lagi bertemu dan menemukan. Masalahnya terletak pada bagaimana cara tahu kalau kita sudah bertemu dan menemukan. Saya mempunyai teman wanita yang berusia 50 tahun. Seorang guru kimia asal Banjar yang saya hormati karena sifatnya sangat terbuka dan menyenangkan. Sebagai teman, dia bercerita bahwa dirinya terbilang terlambat menikah, yakni pada usia 40 tahun. Sebelum saya bertanya kenapa, dia sudah menjelaskan kalau dia sedikit selektif, karena sebelumnya pernah dikhianati. Dia percaya kalau di luar sana ada ‘the one’. Dia terkadang melihat seorang pria melewatinya di jalan, dan terpikir olehnya “bagaimana kalau orang ini adalah the one, hanya saja saya tidak menyadarinya?”

Siapa bilang kita harus selalu setuju?

Saya lihat dunia ini dengan perspektif yang berbeda dengan kamu. Dan itu bukan masalah. Kamu tidak harus setuju dengan pendapat dan pemikiran saya. Saya tahu setiap hari orang-orang berselisih pendapat. Seolah-olah hanya ada satu kebenaran. Seperti hanya satu   point of view   yang masuk akal.

Ruang Kelas di Masa Depan

Pernah ngga kepikiran gimana jadinya sekolahan-sekolahan di tahun 2030 atau lebih jauh lagi mungkin 2050 (tahun segitu anak kelahiran 1992 udah mulai menderita encok dan asam urat)? Apakah di masa depan sekolah akan sepenuhnya berbeda dengan sekolah saat ini? Berawal dari pemikiran gimana evolusi sebuah sekolah, ruang kelas, dan kurikulum dari saya SD, tulisan ini ingin membahas gimana sih sekolahan di masa depan. Pas saya SD sampe saya kuliah memang tidak banyak perubahan selain jadi banyak tech based learning, tapi hal tersebut cukup signifikan. Buktinya nih masih ada saja orang tua yang ngga bisa menjaga pace nya dan selalu bilang “Internet mulu nih anak.” Yakali zaman sekarang ngga mungkin bikin kliping dari koran.