Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2020

Pembicaraan mengenai “privilege”

Btw, buat yang gatau apa itu privilege, itu artinya semacam hak istimewa yang diperoleh karena keadaan bawaan alamiah dari sononya. Misalnya kamu terlahir sebagai anak horang kayah, kamu dapet privilege atau hak istimewa untuk lebih mudah mendapat akses Pendidikan di kelas internasional yang lobi sekolahnya berasa lobi hotel Raffles dan ruang OSIS nya bernama Student Center… Sedangkan anaknya Ibu Nani yang punya warung di gang situ, cuman bisa sekolah di sekolah negri yang depan lapangannya selalu ada pohon rindang dan dinamain DPR (Depan Pohon Rindang). Banyak sih privilege yang lain, ada privilege kecantikan, privilege kepintaran, privilege suara bagus, privilege [ insert seribu satu anugrah Yang Maha Kuasa here ]…… Jadi.. kemarin ada diskusi terbuka di twitter, kalau tidak mau disebut keributan. Sesungguhnya apapun yang bisa diambil hikmahnya bisa dilabeli diskusi, wkwk. Tersebutlah dua kubu netizen. Kubu satu merasa bahwa privilege itu sebenernya ga ada, yang ada itu kamu kurang

There is no correct solution, but there is an answer

Kursi dekat jendela. “Gue heran, katanya dia minta ditungguin sepuluh tahun. Ini udah sepuluh tahun, dia masih inget ga?” Kar masih terdiam. “Dia waktu itu bilangnya, liat aja sepuluh tahun lagi. Cuma diliat doang” “Kacau. Apa dia masih gitu-gitu aja ya? Makanya ngga berani muncul ke depan Lo.” “Iya, masih miskin aja kali.” “Emang sih yang ngambil sekolah ketinggian sampe S3 tuh ga ada duitnya kalau belum sampe usia 40 tahun” “Atau dia amnesia ringan kali, gue ngga mau berprasangka buruk” “Amnesianya lama amat sampe sepuluh tahun, ngga sekalian paket komplit amnesia seumur hidup” “Kita sama-sama tahu kok. Love is pretty much a decision anyway. Just like happiness. You can decide to either love someone or not, be happy or not. The rest is just commitment to the idea.” "Oh. But can we agree that Lria is son of a *****" "Absolutely, Qiz" *** Kursi samping tanaman monstera. “Aku ngga suka kalau mereka bilang cinta sama aku, aku pengennya mereka praktekin kalau emang mer

Strategi Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19

Tenang… tulisan ini bukan tugas kuliah yang naudzubillah.. Tulisan ini terinspirasi dari percakapan meeting dengan bos-bos kantor yang ternyata sangat pandai, jenaka dan sukri (suka riweuh). 😜 Jadi maapkeun kalau bahasa dan isinya agak melenceng dari yang sepatutnya. Siang ini sebelum sore (yaiyalah siang itu sebelum sore, woy).. WKWK Siang ini, saya rapat dengan bos-bos kecil dan satu bos besar. Bos-bos kecil ini bernama Pak Bernardo Jose Abuendios, Ibu Ursulina Luz Amarilis, Kak Carlos Erasmos Lazaro. Iya nama mereka semua saya samarkan dengan Bahasa Spanyol biar kalian capek bacanya, iseng banget dah gue hari ini. 😎 Kemudian ada bos besar yang bernama Matias Raimundo Cortes. Mereka dikenalin tapi ngga ada tujuannya, begitu kan kadang-kadang cewe, suka tiba-tiba sebut nama orang padahal ga kenal juga siapaaa. HAHAHA *** Jadi... bapak dan ibu bos kemarin sedang membahas suatu kerjaan, kita beri nama kerjaan tersebut X. Selidik punya selidik, setelah sejumlah N rapat dan N+10⁴⁵ chat

Kenyataan untuk Dialami

Hari ini cuaca bagus, sehabis sarapan saya merenung sebentar sambil liatin genteng tetangga yang warnanya tidak rata. Saya mengingat Pak Momo, salah satu dosen yang saya lupa beliau ngajar apaan, tapi saya ingat beliau pernah bilang “kalian tidak seharusnya ingin menjadi benar.” Selama ini kita selalu percaya kalau dengan lebih banyaknya informasi yang kita terima, kita seharusnya semakin berada di jalan yang benar. Tapi Pak Momo tahu sejak awal, ketika kita ‘ingin menjadi benar’, kita mungkin telah menutup pemikiran kita, dan ketika itu tertutup, membukanya kembali dan bahkan mengubahkan akan menjadi lebih sulit. Pak Momo memang pria visioner. Mungkin kelak, jika aku menjadi ibu, aku juga akan berhati-hati dalam menanamkan ide pada anakku. Dan sampai detik ini aku masih ragu, apa sebaiknya kita tidak usah memuji anak kita “kamu pinter nak”, karena jujur saja.. pintar atau lebih pintar itu sungguh bukan keseluruhan nilai yang ingin saya ajarkan. Bukankah kita setuju pelabelan itu mengk

Catatan Kecil

Ada haru terlipat membiru di setiap Raden Mas Agung membuat cuitan dalam Bahasa Indonesia sedangkan darahnya totok meneriakkan hymne kebangsaan Korea Selatan. Mungkin Raden Mas Agung mengincar kursi Menteri Pendidikan dan Olahraga, atau mungkin persoalannya sesederhana jatuh cinta pada pribumi, atau kekayaan isi perut bumi. Bisa kombinasi ketiganya jika mau merumitkan kepala yang penuh nestapa. Malam itu serangga merampok keheningan malam yang melenakan penduduk Semarang. Raden Mas Agung masih harus banyak belajar menerima. Fans nya mulai bergejolak lantang memintanya mengucap makian legendaris yang terkenal seantero Suroboyo. Bisakah do’a fans terlaknat Raden Mas Agung membawanya menggerakkan jemarinya? Semoga tidak, karena bagaimanapun, Raden Mas Agung adalah seorang Raden Mas yang tidak sepantasnya berbicara pada level manusia pengabdi cuan. Khawatirnya terjadi efek domino yang berdampak pada hubungan multilateral. Bukan tidak mungkin seusai memberi ceramah pembukaan acara Perserika

Setia pada Kata Hati

“Kau terpelajar, cobalah bersetia pada kata hati” – Pramudya Ananta Tur Beberapa hari lalu saya sadar telah kehilangan salah satu kebiasaan yang memang sudah sejak lama saya ingin hilangkan. Kebiasaan ngelus orang yang ngga sengaja kesenggol. Misalnya saja waktu itu di Damri Bandung, saya tidak sengaja menyikut kepala ibu-ibu, posisinya kami berdua berdiri dan siku tangan saya menyentuh kepalanya karena bis yang berhenti dan bergerak tanpa aba-aba. Sontak saya langsung mengelus kepala ibu-ibu tersebut sambil bilang maaf. Dalam hitungan detik, saya merasa canggung. NGAPAIN SIH LU ANG, ngga bisa apa tangannya ga usah pegang-pegang. Ini karena saya sering sekali bergaul dan setongkrongan sama bocah, jadi kelakuan terkadang sangat nanaonan pisan. Elus-elus sembarangan! Lu kira teko jin?  ini teko secara fungsi buat isi aer, kenapa jadi buat nyegel jin ya -__- Kebiasaan ngaco itu sempet bikin saya sariawan, stress banget kadang tiba-tiba tangan reflex gerak sendiri mau ngelus cowo yang buka

Kenapa kamu lama balas chat nya?

Disclaimer. Saya merupakan pengguna WhatsApp yang selalu mengaktifkan centang dua biru. Standar moral saya berbunyi: meninggalkan seseorang dalam posisi read tanpa membalas adalah sopan karena saya membalas hanya jika saya mau dan bisa. Harusnya sih ada ya neraka khusus untuk orang-orang yang balas chat lama. Atau paling tidak seharusnya ada fatwa yang mengurusnya. Biar orang-orang tahu betapa chat lama tidak dibalas itu dosa. Tidak masalah jika orang tersebut sedang sangat sibuk atau ada kepentingan lain sehingga tidak punya waktu untuk membalas. Yang jadi masalah adalah orang memang dengan sengaja membuat orang lain menunggu dan merasa diabaikan. Apalagi kalau tidak dimengerti alasannya apa. Lebih parah lagi, sering terjadi dalam kasus yang penting seperti dua insan yang dalam masa pendekatan. Sampe ada istilahnya sendiri, di ghosting…. Iyaaapp, asal katanya ghost yang berarti hantu, secara ngga langsung di-ghosting ini semacam sarkasme: si doi ngilang kaya setan. Saya sendiri p