Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2016

Seni ‘Slowing Down’

“Sebuah hubungan layaknya hiu. Secara konstan harus terus bergerak. Kalau tidak, ia akan mati.” Dalam Annie Hall , Woody Allen membicarakan kutukan tak terelakkan dalam relationship nya dengan Diane Keaton, tanpa disadari Allen sebenarnya telah merangkum bagaimana relationship abad 21 berlangsung. Kita hidup di masa dimana kita diharapkan untuk konsisten berkiprah dalam tiap momen hidup ini. Kita diharapkan untuk selalu menciptakan sesuatu. Ada banyak cara untuk melakukan sesuatu, tapi kita selalu memilih melakukan cara yang sama berulang-ulang. Ada banyak hal yang bisa kita kerjakan dengan waktu yang kita miliki, tapi kita tidak melakukan apapun, tidak kemanapun.

Bayaran Guru Paling Tinggi dan Paling Rendah di Dunia

Beberapa hari lalu saya menginap di rumah paman di Lembang, dan seorang teman wanita dari bibi saya mulai menatap saya dan menanyakan identitas saya. “Oh itu keponakannya si Mas, ngajar kimia anak SMA.” Tiba-tiba saja dia menimpali “memilih menjadi guru sama saja dengan memilih untuk hidup miskin”. Saya merasa telah di judge . Selaku orang yang baru-baru ini menapaki hidup dengan penuh manner, saya memilih hanya tersenyum padanya. Sambil lalu saya juga menguatkan hati dan berkata pada diri sendiri “omongan buruknya toh tidak akan membayar biaya makan, listrik, pulsa dan hura-hura saya, kenapa harus dipedulikan?” Terlintas dalam benak benarkah menjadi guru tidak bisa kaya? Berapa gaji tertinggi  dan terendah guru? Saya berujung meminta bantuan pada internet dan terdampar di sebuah jurnal Education at a Glance terbitan tahun 2015. Mari kita sekilas kupas isi jurnal tersebut.

Seorang Programmer

Satu hal yang belakangan ini aku sadari, seperti sebuah irisan diagram venn, programmer pada umumnya memiliki beberapa similaritas. Mereka memiliki hati yang rapuh, dan kemampuan seorang penyair. Mereka menuliskan rangkaian kode, bukan seperangkat tragedi. Dan sesungguhnya, semua kode yang pernah mereka tuliskan adalah bentuk lain dari sebuah sajak dalam konstruksi tuas bahasa yang sangat berbeda. Mempesona dalam kaidah binernya sendiri.

Empat Nasihat Tentang Cinta

Pertama, di usia remaja dan dewasa awal, perkara cinta bisa jadi hal yang rumit. Namun seiring dengan bertambahnya kedewasaan seseorang, cinta merupakan hal yang jadi makin sederhana. Konon, semakin usia bertambah, manusia semakin efektif dan efisien. Jadi kebingungan yang kamu rasakan sekarang tentang cinta adalah hal yang wajar. Nikmati saja, untuk dijadikan kenangan atau pelajaran. Kedua, seseorang harus mampu mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu, baru bisa mencintai orang lain. Jika sudah bisa mencintai dirinya sendiri, biasanya seseorang akan menarik garis standar perlakuan mana yang bisa dan tidak bisa diterima dari orang lain. Ketiga, seseorang tersakiti atau terluka karena (sebenarnya) orang tersebut membiarkan dirinya disakiti atau dilukai. Jangan pernah melihat diri hanya sebagai korban semata. Mungkin kamu nggak bisa membuat dia minta maaf sama kamu, tetapi kamu bisa memaafkan dirinya. Belajarlah memaafkan dirinya dan diri sendiri atas apa yang sudah terjadi. J

Surat Untukmu Ketika Kamu Merasa Tidak Berguna

The nitrogen in our DNA, the calcium in our teeth, the iron in our blood, the carbon in our apple pies were made in the interiors of collapsing stars. We are made of star stuff.” – Carl Sagan Kamu bisa menjadi bintang, tapi kamu memilih turun ke bumi. Kamu telah menghuni dua galaksi : di rahim ibumu dimana jantungmu berlatih melakukan perputaran darah melalui nadi, dan di dunia dimana kamu dilahirkan, untukmu ibumu bersedia mengucurkan darah dan airmatanya. Kamu akan bertumbuh, beberapa bagian kulitmu mungkin tersayat, dan beberapa bagian lainnya akan berdarah. Kamu akan terluka.

Kita Selalu Menginginkan Apa yang Takkan Kita Miliki

Aku ingin mengakhiri derita kelaparan. Aku ingin perdamaian dunia. Aku ingin pergi berwisata ke luar angkasa. Aku ingin mabuk dan tersesat di sebuah kota yang tak seorangpun tahu namaku. Aku ingin berjalan di taman lalu tertidur dan menatap langit sembari mendengarkan senandung orang asing yang berlalu lalang. Aku berharap dunia ini tidak bergerak begitu cepatnya. Aku berharap aku mempunyai kesabaran untuk menyimak orang lain untuk sekali saja. Aku berharap aku tidak hanya memandang kosong pada dinding dan mengangguk tak begitu peduli.  Kita terlalu sibuk mencoba menjalani kehidupan. Kita dikonsumsi oleh harapan ideal orang lain. Kita melupakan apa yang membuat kita bahagia.

Beberapa Hal Terjadi

10 Desember 2012 Pagi ini saya melihat dua orang bergigi tonggos. Sepertinya mereka pasangan suami istri. Dan aku pun bingung bagaimana mereka berciuman. 14 Desember 2012 Pagi ini saya melihat sebuah pemandangan seorang suami yang mendorong kursi roda. Istrinya duduk dengan tenang. 21 Desember 2012 Pagi ini aku melewati kerumunan ibu-ibu yang sedang senam. Mereka sepertinya ingin sekali sehat. Tapi kemudian ada tukang tahu lewat. Mereka semua menengok ke arah tukang tahu sambil salah seorang berkata “Tuh tukang tahu datang. Ada yang mau beli nggak?”. Kurasa semua itu berbeda saat kita masih anak-anak, saat kita senam dahuku kala, kita tidak pernah peduli pada tukang tahu yang lewat.

Di Toko Buku

Kita bertemu di toko buku. Aku sedang sendirian, begitupun kamu. Melihatmu membaca sebuah buku yang aku sukai, seperti melihat sebuah buku berkata “Hei, nampaknya dia cocok denganmu.” Pada saat itu aku ingin menghitung dengan pasti probabilitas kecocokan kita. Kubayangkan hasilnya cukup rendah karena aku secara instan hanya mentabulasikan apa yang aku lihat. Kita bertemu karena aku mendatangimu. Aku tak pernah mendekati orang asing sebelumnya kecuali untuk menanyakan arah jalan. Sebelum aku bertemu denganmu, probabilitasku mendatangimu adalah 0,00 sampai akhirnya aku memberanikan diri dan membuktikan nilai probabilitas itu berubah. Kelak kamu berkata padaku bahwa aku mampu memetakan genom manusia tapi tidak dengan hatimu. Aku tidak begitu mengerti, tapi aku selalu percaya bahwa kamu membuatku menghasilkan impuls yang melanggar logika, hal ini membuktikan asersimu yang keliru bahwa aku pada mulanya mampu memetakan genom manusia. Aku melihatmu menimang buku favoritku di antara delapan bu

Entahlah

Ada perbedaan yang besar antara orang yang meninggalkan dan orang yang kita usir dari kehidupan kita. Kadang seiring bertambah usia, kita tidak sengaja mendorong beberapa sahabat lama keluar dari lingkaran pertemanan kita. Mungkin karena jarak, rutinitas yang tidak mengizinkan atau juga karena intensitas pertemuan. Acapkali tali silaturahmi yang sebegitu mudahnya kita bangun hanya dengan sebuah hai, kita hancurkan dengan alasan kesibukan kita. Entahlah. Sebenarnya di dunia ini, selalu ada saja orang yang akan menginisiasi untuk ‘reunian’. Hanya saja kita kerap terlalu sensitif dan entah mengapa kadang rasanya malas bertemu. Lihatlah, yang datang ke acara kumpul-kumpul reuni selalu orang yang sama dari tahun ke tahun. Kalau sudah begitu, nanti yang tidak datang akan merasa ketinggalan informasi dan berpikir bahwa dirinya diabaikan, tertinggal dan dilupakan. Padahal yang selalu datang di acara reunian tak jauh-jauh dari membicarakan kabar teman-teman yang tidak datang. Entahlah.

Ngga Ada yang Terlahir Spesial

Kamu ngga pernah terlahir spesial. Aku harap kamu cool aja nanggepinnya.Sebelum kamu jadi sedih, tahanlah dulu sebentar keinginanmu untuk beranjak. Faktanya, aku juga ngga spesial. Sejujurnya, aku belum ketemu sama bentuk kehidupan di planet bumi yang bisa diklasifikasikan sebagai ‘spesial’ sebagaimana yang selalu kita gadang-gadangkan. Selayaknya anak milenium yang dibesarkan dalam postmodernisme barat dan timur, aku diajarkan kalau aku spesial dan akan melakukan hal-hal besar. Selaris bisnis penyadaran pentingnya ESQ, aku juga diyakinkan bahwa aku bisa melebihi apa yang aku tahu dan apa yang orangtuaku harapkan. Apakah itu semua nyata? Atau aku terlalu muda dan mempercayai apa saja menjadi kelemahanku saat itu. Apa yang membuat kita berbeda dari 7,3 milyar manusia lainnya? Tahun berganti tahun, kita ngga lihat apapun terjadi di kehidupan kita. Aku mulai berpikir kalau semua itu hanya kotoran banteng alias bullshit. Kita kadang terusik dan bertanya “kok gini-gini aja ya kehidupan