Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016

Apa yang Harus Kamu Lihat dari Seseorang?

Semakin bertambah umur, kita semakin cepat untuk men judge seseorang. Karena waktu terasa seperti dimampatkan, kita terbiasa menilai instan mulai dari bagaimana karakter yang terpancar dari pembawaan seseorang. Kita berusaha menebak seperti apa lingkaran pertemanannya, keluarganya, dan bahkan masalah yang merundungnya. Sehingga kemudian pada satu titik, saya merasa mustahil untuk menunjukkan kepribadian kita yang sesungguhnya karena semuanya telah tercampur dengan penilaian permukaan yang justru mendalam. Jadi, semua orang mempunyai filternya sendiri. Ketika kita masih kanak-kanak, filternya masih sederhana dan tidak begitu canggih. Filternya masih sebatas kedekatan jarak, kesamaan interest , atau kekaguman. Misalnya, anak-anak selalu berpikir kalau tetangga itu teman atau saudara. Dan jika seseorang menyukai hal yang sama dengannya, dia akan menganggap orang tersebut sebagai sahabatnya. Berita buruknya, seiring waktu berjalan, filter tersebut lebih mudah terjebak ke dalam pera

Berhenti. Berpikir. Ulangi.

  Karena kewaspadaan adalah way of life. Waspadalah terhadap pesona. Ada sebuah senyuman yang datang untuk membunuh dan pengeksekusi tahu bagaimana menjadi ramah. Waspadalah terhadap hal-hal yang terlalu mudah, kasur yang empuk, dan orang asing yang memperlihatkan kebaikan berlebihan.

Eksibisionis

Eksibisionis singkatnya adalah orang yang menemukan kepuasan sendiri ketika dia memamerkan alat kelaminnya kepada orang asing. Awalnya tahu ini tuh dari kaskus . Ada yang menceritakan pengalamannya terkait eksibisionis yang berkeliaran bebas. Aku sih belum pernah ketemu, ngga ada niatan pengen ketemu juga, jangan sampe. Bagi yang mengikuti serial drama korea Reply 1988, ada satu episode dimana Deok Son (lead perempuannya) pernah main ke cafe yang merupakan sarang seorang eksibisionis. Pas dia lagi ke kamar mandi, dia ketemu sama si eksibisionis sialan.

Minggu Bersama Ibu

Judulnya agak kaya warung sebelah ya. Ehe. Saya mau share pandangan seseorang yang saya hormati ini, yap Ibu, biasanya saya manggilnya Mamih. Sekedar pencerahan, saya manggil Mamih ini karena pas kecil saya kebanyakan nonton sinetron, terus saya ngikut-ngikutin gitu, papih saya pernah komen “Nih anak manggil mamih-papih sampe adek-adeknya ngikutin semuanya jadi manggil gitu, padahal keluarga nih makannya ama peda tempe tahu. Ada aja lagaknya emang kebanyakan nonton sinetron.”

Keputusan

Saya tiba di umur dimana membuat keputusan bukanlah hal yang mudah. Sekalipun saya berpikir kehidupan saya itu bebas dan sepenuhnya milik saya. Pemikiran tentang kebebasan membawa saya pada pemahaman bahwa kebebasan bukan berarti ketiadaan tanggung jawab, tapi justru sebuah keberanian untuk mengambil keputusan dan bersedia menghadapi resiko yang ditimbulkan. Tidak ada orang yang berusia 20 tahunan dan merasa sangat bahagia. Meskipun kata orang bahagia itu hanya state of mind , dan sebuah mindset . Tapi kita semua cenderung penuh kecemasan. Masa-masa ini adalah waktu ketika kita menyadari bahwa masa depan penuh dengan ketidakpastian dan itu menakutkan. Saya belajar bahwa manusia cenderung berubah menjadi penyendiri dan tidak mudah menerima orang baru, kita jadi sulit untuk menolong orang lain, terlalu sibuk dengan diri kita sendiri, karena kita khawatir tidak ada yang benar-benar tulus di dunia ini.

Membandingkan

Ngga seorang pun yang hidupnya sama persis dengan postingannya di sosmed. Hal ini tentunya hal yang baik. Sosial media dan apapun yang berbau digital layaknya sebuah perangkap data yang semua alirannya telah diedit. Kita memilih tiap bits dan bytes yang kita share . Artinya kita hanya menunjukkan sisi yang kita ingin dunia ketahui tentang kita. Yang sudah diedit itu memang jujur dan nyata, tapi itu hanya potongan kecil dari kehidupan kita. Ketika melihat sebuah postingan, wajar kita akan berasumsi bahwa seseorang lebih pandai karena pemikirannya, lebih sukses karena pencapaiannya, lebih menarik karena pengetahuannya, lebih bahagia karena perjalanan liburannya, dan lebih segala-galanya dari diri kita. Lantas kita menduga mereka ini berbeda, hidup mereka keren dan hal-hal ajaib terjadi tiap saat. Sebenarnya tidak mungkin seseorang kehidupannya selalu semenarik dan selucu yang ia tampilkan di media sosialnya. Kenyatannya tidak selalu seperti itu. Mungkin justru 99% dari hari

3 Jenis Sahabat yang Akan Kita Temui Di Kehidupan

Aristoteles pernah berkata “ wishing to be friends is quick work, but friendship is a slow-ripening fruit ”. Saya setuju sama Mbah Aristoteles yang menyatakan bahwa persahabatan itu jenisnya terbagi menjadi tiga bagian : 1. Persahabatan karena manfaat 2. Persahabatan karena kesenangan   3. Persabahatan karena kebaikan Persahabatan karena manfaat adalah ketika sesama sahabat saling beramah tamah dan berbaik sikap karena adanya manfaat yang dihadirkan dari kebersamaan tersebut. Misalnya partner bisnis, rekan kerja, atau teman sekolah.