Skip to main content

Doing > Thinking

Pas kita sibuk, kita biasanya cuma bisa melihat apa yang ada di hadapan kita. Ngga ada waktu untuk menengok ke belakang, buat introspeksi diri atau merenung. Masalah yang kita tanganin tercecer dan mata kita sampe bolor melototin kerjaan, ngga ada waktu deh.
Nah, kalau kita berhenti beberapa menit aja mencoba rehat, melepaskan penat, melupakan sejenak beban dan rutinitas, percaya atau ngga, yang sering terjadi adalah kita membayangkan hal-hal yang buruk. Resiko-resiko, kekhawatiran, kenangan masa lalu yang buruk, rasa takut akan ketidakpastian takdir dan segala hal yang tadinya ngga ada tiba-tiba menggunung jadi masalah baru.
Studi di Universitas Virginia yang dilakukan oleh Timothy Wilson menunjukkan bahwa sebagian orang lebih milih untuk bersibuk ria meski itu melelahkan, ketimbang mereka harus duduk sendirian dan ngga melakukan apa-pa. 12 dari 18 pria memilih disetrum ketimbang diminta untuk duduk dan berpikir, menariknya hanya 6 dari 24 wanita yang memilih dikejut listrik.
Ketakutan terbesar yang kita miliki saat ini mungkin hanyalah koneksi internet yang lelet, kuota habis, atau kita lagi main di pulau terpencil dan tiba-tiba mati listrik yang bisa membuat kita mati gaya. Disitu, kita bener-bener ngga tahu harus berbuat apa untuk beberapa menit ke depan dan itu dirasa sangat menakutkan.
Saya bukan seorang yang mudah bengong, jadi ketika saya sedang tidak berbuat apa-apa saya akan memikirkan apa saja untuk mengisi keheningan dan kekosongan di otak. Saya yakin bahwa otak kita memang didesain seperti itu. Untuk terus berpikir tanpa kita sadari. Tidak selalu tentang sesuatu yang mendalam hingga belum pantas juga disebut meditasi.
Pokoknya ada masa di mana kita begitu tenang, namun pikiran kita begitu ribut. Saya tidak tahu apa istilah klinisnya, tapi yang jelas pikiran kita begitu sibuk hingga kita membiarkan diri ini tidak berbuat apa-apa.

Para pekerja kreatif mungkin sering menyendiri dengan keramaian yang terjadi di kepalanya. Kita ngga bisa begitu aja masuk ke dalam ruangan yang diciptakan di kepala seseorang. Ruang mental itu dijaga ketat oleh mekanisme pertahanan seseorang, dan untuk mengaksesnya juga terkadang menakutkan. Tak mengherankan seseorang lebih memilih untuk disetrum.
Ketika sibuk kita seringkali kehilangan momentum.

Suatu ketika kita akan menemukan fenomena seperti ini : melakukan pekerjaan selama 7 jam padahal kerjaan itu bisa selesai dalam satu jam. Ada aja alasannya : sosmed, internet, temen yang tiba-tiba ngajak ngobrol, dan berjuta hal lain yang seolah lebih penting dan perlu diselesaikan duluan.

Kita sebenarnya merasa lebih aman karena 6 jam ekstra itu dihabiskan untuk menghindari waktu dimana kita menyendiri dan tiba-tiba mikirin hal-hal yang menyebalkan.

Kita semua tahu, kuantitas waktu yang dihabiskan untuk bekerja tidak sama dengan kualitas pekerjaan. Hanya karena seseorang bekerja lebih lama, ngga menjadikan kerjaannya lebih baik.
Jujur aja, saya juga kalau lagi berusaha nulis sesuatu kadang yang harusnya bisa setengah jam, ngga terasa menghabiskan waktu 3 jam. Dan kalau saya bisa tepat waktu, saya berusaha benar-benar fokus berpikir dan itu sangat melelahkan.
Kita cenderung milih untuk doing ketimbang thinking, bahkan ketika lingkungan kita membutuhkan kita untuk lebih banyak berpikir ketimbang melakukan sesuatu.
Manusia punya kemampuan untuk berfantasi, yang paling ruwet sekalipun, dan fantasi itu memenuhi memori kita.
Sedikit ketakutan dan ketidaknyamanan merupakan resep untuk membangun mental yang kuat. Sendirian dengan pemikiran-pemikiran kita terkadang bisa jadi sangat menakutkan, tapi sesekali hal demikian juga diperlukan.
Jadi, lain kali kamu punya waktu luang beberapa menit, tahan dulu keinginan untuk ngodok-ngodok kantong nyari hp. Cobalah untuk berpikir, tentang apa saja dan cari tahu apa yang terjadi.
Have fun doing some thinking!

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga ...

Kentut

Saya pernah nonton variety show-nya Negri Gingseng, Hello Counselor . Acaranya membahas problematika, kesulitan, dan penderitaan seseorang. Kind of curhat, but the problem usually soooo silly and weird, you can’t even imagine. Disitu ada host sama penonton. Host berfungsi juga sebagai panelis tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Tanya jawabnya dua arah, dari sisi yang punya masalah dan yang jadi biang masalah. Hingga pada satu titik mereka coba memberi solusi. Terus penonton ngejudge itu masalah bukan untuk kemudian voting. Nah yang paling banyak dapet vote , nanti dapet hadiah. Ada satu episode yang menarik yang melibatkan hal paling manusiawi : kentut.

Entry 5 - Gratitude Journal: Wished

What is something that you have now that seemed like a wish back then? The first thing that comes to my mind is the freedom to do anything.  Hal yang tampak seperti mimpi dulunya adalah melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Beberapa di antaranya merupakan adegan berbahaya yang hanya bisa dilakukan oleh ahli. Hal seperti bepergian sendiri kemanapun, membeli barang-barang lucu yang diinginkan, bahkan berpikir hanya untuk diri sendiri. Aku tidak tahu kenapa kota tempatku tinggal,  Karawang disebut Kota Pangkal Perjuangan, tapi aku cukup tahu semua orang di sini memang bergelar pejuang. Menjadi dewasa artinya bergerak menjadi seorang yang berjuang. Dulu semuanya diperjuangkan oleh orang lain tanpa kita maknai. Sekarang aku tahu betapa lelahnya itu, tapi tidak ada seorang pun bertanya, karena semua orang ingin beristirahat juga. Aku suka menjadi dewasa karena hal-hal yang tidak terlihat ketika aku kecil, sekarang semuanya nyata. Sayangnya, kita semua mend...

Entry 4 - Gratitude Journal: Happy Memories

Write about the memories that made you happy! Aku tumbuh dan dibesarkan dengan baik oleh ayah ibuku. Banyak kenangan indah yang bisa aku jadikan sebagai mantra Patronus-ku. Sangat sulit memilih mana yang bisa aku jadikan mantra utama penangkal duka lara. Kalau aku meninggal, core memoriesku mungkin bisa menentukan mana best of the best memories, kalau sekarang masih bingung milihnya. Aku suka hari-hari kenaikan kelas, pembagian raport, dan wisuda. Karena ada kebahagiaan terlimpah ruah setelah bisa melewati kesulitan berlevel, ada kesenangan terpancar saat kita bisa mengukir senyum bangga orang tua. Momen itu yang menjadi batu pondasi kalau kelak aku lupa apa itu rasanya bagaia. Momen bahagia baru terasa setelah serentetan lelah dan luka kita lalui, kita naik level, kita jadi lebih baik. Dan kenangan itu membuatku bahagia. Aku juga suka hari-hari normal yang berlalu dengan penuh kedamaian. Ada kewarasan yang tersimpan dalam sebuah rutinitas. Ada rasa aman ketika tahu kita bisa beristir...