Skip to main content

Tentang rasa syukur

Pernah suatu ketika posting sesuatu tentang ayah, tiba-tiba ada yang komen "enak ya masih punya ayah." Dalam hati ini, di satu sisi merasa bersyukur bahwa masih punya ayah. Sisi lain, kasian sama yang ga punya ayah itu, dan itu melipatgandakan rasa syukur yang sama, syukur karena punya ayah.

Pernah juga diri ini, masih sangat amat lemah hati ini, sampai bisa-bisanya bisa bersyukur karena masih punya ibu, ketika dicurhatin seseorang yang ibunya sudah tiada.
Dari situ, ngerasa malu sendiri.
Kenapa rasa syukur yang aku punya harus dengan proses perbandingan dengan orang lain yang keadaannya lebih buruk dariku?
Apa nggak bisa ya aku bersyukur, cukup karena aku bisa bersyukur?
Muncul perasaan sakit berkepanjangan.
Gimana kalau kelak aku di posisi mereka? Apa pantas kalau ada seseorang bersyukur atas apa yang tidak kita miliki? Aku jujur aja, kadang ngerasa bersalah dan ingin minta maaf karena beberapa syukur muncul dari kerendahan pikirku. Pikiran yang sangat pendek tentang memiliki dan tidak memiliki.

Rasa syukur kadang terasa sangat rapuh karena ia lahir secara komparatif.
Apa nggak bisa ya aku bersyukur, karena aku berlapang jiwa menerima seutuhnya hidup yang diberikan Tuhan, tanpa peduli terhadap apa dan tiada pada diri orang lain.
Ah, mungkin karena sedari kecil, kita sudah sangat terbiasa membanding-bandingkan diri untuk bisa menilai sesuatu dan bereaksi.

Hari ini, di usia baruku, inginku cuma satu. Aku ingin lebih pandai bersyukur.
Rasa syukur yang hadir tanpa aku harus berpikir dan membandingkan pada keadaan orang lain.
Aku ingin cukup berterima kasih atas semua kebaikan yang kuterima, atas cinta yang melimpah yang aku rasakan, atas kegigihan yang sampai di hatiku. 
Terima kasih karena dari semua kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, semua hal baik terus terjadi juga di kehidupanku.

Ya Allah, hari ini, do'aku cukup satu, karena dengan yang satu itu aku akan tercukupi.
Ya Allah, mohon izinkan aku untuk selalu hebat dalam satu hal, yaitu dalam bersyukur kepadaMu.

25 Oktober 2021
HambaMu, Aang



Cirebon inspires me the gratitude!

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga ...

Kentut

Saya pernah nonton variety show-nya Negri Gingseng, Hello Counselor . Acaranya membahas problematika, kesulitan, dan penderitaan seseorang. Kind of curhat, but the problem usually soooo silly and weird, you can’t even imagine. Disitu ada host sama penonton. Host berfungsi juga sebagai panelis tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Tanya jawabnya dua arah, dari sisi yang punya masalah dan yang jadi biang masalah. Hingga pada satu titik mereka coba memberi solusi. Terus penonton ngejudge itu masalah bukan untuk kemudian voting. Nah yang paling banyak dapet vote , nanti dapet hadiah. Ada satu episode yang menarik yang melibatkan hal paling manusiawi : kentut.

Entry 5 - Gratitude Journal: Wished

What is something that you have now that seemed like a wish back then? The first thing that comes to my mind is the freedom to do anything.  Hal yang tampak seperti mimpi dulunya adalah melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Beberapa di antaranya merupakan adegan berbahaya yang hanya bisa dilakukan oleh ahli. Hal seperti bepergian sendiri kemanapun, membeli barang-barang lucu yang diinginkan, bahkan berpikir hanya untuk diri sendiri. Aku tidak tahu kenapa kota tempatku tinggal,  Karawang disebut Kota Pangkal Perjuangan, tapi aku cukup tahu semua orang di sini memang bergelar pejuang. Menjadi dewasa artinya bergerak menjadi seorang yang berjuang. Dulu semuanya diperjuangkan oleh orang lain tanpa kita maknai. Sekarang aku tahu betapa lelahnya itu, tapi tidak ada seorang pun bertanya, karena semua orang ingin beristirahat juga. Aku suka menjadi dewasa karena hal-hal yang tidak terlihat ketika aku kecil, sekarang semuanya nyata. Sayangnya, kita semua mend...

Rethinking about Value

Setelah baca bukunya Matt Haig, aku baru ngeh.. beliau itu pemikirannya sedikit banyak mengurai apa yang muslim harus tahu. Salah satunya adalah tentang VALUE. Selama ini, kupikir value itu konsep yang diciptakan dan dikembangkan manusia untuk menjadi manusia yang diterima secara sosial, atau paling nggak menjadi manusia yang bisa membanggakan seseorang yang dicintainya. Misalnya aja, seseorang dianggap memiliki value ketika ia bertanggung jawab, punya integritas, punya kepribadian yang unik, punya passion yang diperjuangkan, punya ketangguhan dalam menghadapi gempuran masalah, dll dll. Semua itu.... dilakukan demi ayang. HEH bukan. Yaaaa maksudnya semua itu dilakukan demi menjadi manusia yang 'desirable' atau paling nggak 'acceptable' lah yaa.. Makanya orang tuh harus terus berusaha untuk mengenali dirinya, supaya tahu value apa lagi nih yang harusnya ada di dirinya, yaa biar bagusan dikit jadi manusia. Atau value apa yang harus di-achieve biar bisa so emejing like yo...