Skip to main content

There is no correct solution, but there is an answer



Kursi dekat jendela.

“Gue heran, katanya dia minta ditungguin sepuluh tahun. Ini udah sepuluh tahun, dia masih inget ga?”

Kar masih terdiam.

“Dia waktu itu bilangnya, liat aja sepuluh tahun lagi. Cuma diliat doang”

“Kacau. Apa dia masih gitu-gitu aja ya? Makanya ngga berani muncul ke depan Lo.”

“Iya, masih miskin aja kali.”

“Emang sih yang ngambil sekolah ketinggian sampe S3 tuh ga ada duitnya kalau belum sampe usia 40 tahun”

“Atau dia amnesia ringan kali, gue ngga mau berprasangka buruk”

“Amnesianya lama amat sampe sepuluh tahun, ngga sekalian paket komplit amnesia seumur hidup”

“Kita sama-sama tahu kok. Love is pretty much a decision anyway. Just like happiness. You can decide to either love someone or not, be happy or not. The rest is just commitment to the idea.”

"Oh. But can we agree that Lria is son of a *****"

"Absolutely, Qiz"

***

Kursi samping tanaman monstera.

“Aku ngga suka kalau mereka bilang cinta sama aku, aku pengennya mereka praktekin kalau emang mereka cinta aku. Tiap hari.”

“Udah jangan diinget-inget lagi, Rum. Kamu kan bisa mengalami cinta dengan kamu berbuat baik sama orang, nikmatin hidup kamu, berdamai sama diri sendiri, mencoba melihat kebaikan setiap jiwa yang kamu temui”

“Emang bisa Silk kita secara sadar mengalami cinta dengan cara begitu?”

“Cinta itu kan bisa ditunjukkan dengan jutaan cara dan jutaan jalan yang berbeda, kita punya banyak pilihan untuk memilih selalu ada di pihak yang mengalami cinta.”

Right, without love humanity would not exist even for a day. Sekarang waktu yang baik?”

“Anytime.”

***

Kursi panjang menghadap taman di luar.

"Abis ini kita makan es krim?"

"Kemana yang?"

"Kamu masih sedih ngga?"

"Aku makin sedih kalau ke tempat makan es krim."

"Lho bukannya yang manis itu bisa menahan derasnya hormon kortisol?"

"Emang menurut kamu aku lagi banjir hormon kortisol?"

"Terus alasannya protes apa, sayang?

"Soalnya kalau ke tempat makan es krim.. aku selalu merasa pilihanku ngga enak dan aku juga selalu merasa yang ngga aku pilih itu lebih enak."

"Jadi apapun pilihannya, kamu akan selalu menyesal?"

"Udahlah, kamu emang ngga pernah paham!!"

***

Kursi sebrang kasir dan penggiat kafe.

“Apapun yang dilabelin industri 4.0 selalu laku ya.”

“Tapi society 5.0 ga selaku itu, padahal bangun orang jelas lebih penting”

“Smart city for dumb citizen is easier”

“Serius amat sih, Seis.”

“We live in fabricated society with fabricated people, believing in fabricated God and living fabricated lives. Woah, how could we manage to get this far ya, Lim?”

“Also we live in the era that success is no longer an achievement, but a necessity.”

“Iya, banyak orang punya garasi di rumahnya, tapi ngga semuanya bisa lahirin Microsoft”

“Yang penting ujungnya kebahagiaan.”

“Happiness is udah kaya agama baru, everyone talks and seems to know about it more than the next person. But the truth is, nobody really know what it is.”

“Saya bentar lagi berangkat.”

Seins melirik arlojinya.

“Manusia hanya bisa merencanakan, Bos lah yang menentukan. Bukan begitu?”

***

Kursi pojok di bawah rimbunnya bunga dadap merah.

“Tuhan tidak pernah menyuruh kita untuk lupa akan masa lalu kita, buktinya setiap bangun tidur kita ingat semuanya.”

“Cil, kecenderungan orang bertalian dengan sejarah itu yang bikin orang sulit maju.”

“Tentu. We want to live, to be here, now.”

"Iya, ngga ada yang namanya "Sejarah Baru", karena sejarah selalu terbentuk dari masa lalu, dan ga ada hal yang baru di masa lalu”

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar

Bumiayu

Welcome to the beautiful earth! Bumiayu. Back then I used to speak flawless javanese. But now, you can’t even tell that i ever had medok accent (aku ora ngapusi iki). Bumiayu was the first place I learned about manner and etiquette. Javanese have different level of politeness in their language. They have kromo javanese and ngoko javanese. Kromo javanese used to talk with the elderly and someone that you should respect, whereas ngoko javanese is used when you’re talk to your friend or your junior. The same thing happened with Japanese and Korean. They do had formal and informal language.

Apakah menulis essay dengan bantuan bot itu etis?

Beberapa hari lalu sempet liat postingan di twitter mengenai bot yang bisa menulis essay , konon… bisa mempermudah pekerjaan mahasiswa. HAHAHA. Sebagai seseorang yang bekerja di lingkungan akademisi, cuma menggeleng kepala. Hey nanti kalau pekerjaan kamu di masa depan diambil alih bot, jangan salahin bot-nya ya! Kan emang bot nya toh yang selama ini belajar. Sungguh terlalu, Martinez! Martinez siapa ang? Gatau…. Pengen aja mencela, tapi ga mungkin mencela menggunakan nama Bambang, karena itu nama dosenku ☹ Berdasarkan taksonomi Bloom, mensintesis atau create itu letaknya pada hirarki paling tinggi. Jelaslah kalau menciptakan tulisan yang berisi ide, gagasan dan mensistemasinya dalam kesatuan paragraf bukan sembarang yang mampu melakukannya. Diperlukan kemampuan berpikir level yang tinggi atau high order thinking skill . 😙 Meskipun entah kenapa menurutku, essaybot ini keliatan banget bot nya. Tulisannya ga punya sentuhan manusia, kaya ga punya hati.. WOW itu tulisan apa mantan deh