Sudah tanggal 16. Artinya
sudah 15 hari berlalu semenjak pertama kali menulis teratur di bulan Mei.
Hari ini sesuai permintaan Bang Wiro, ingin sekali membahas terkait apa perubahan yang terjadi setelah rajin menulis. Kita bikin list aja ya, agar lebih gercep.
- Menulis terasa lebih enteng. Seperti ngambil gelas ke dapur buat minum saat haus. Terjadi begitu saja. Ada saatnya menulis terasa seperti beban. Meski awalnya aku ingin sekali membiasakan diri agar menulis terasa seperti kebutuhan dan kelak terasa semudah menarik nafas. Setelah melalui tanggal 15, aku semakin percaya bahwa niat dan tindakan adalah paket lengkap untuk mewujudkan semua keinginan. Aku sekarang lebih ringan dalam mengalirkan pemikiranku melalui kalimat. Hanya saja ya itu, masalahnya terkait waktu dan kemalasan, jelas sih alasan hanyalah alasan.
- Semenjak mengikuti challenge 31 Hari Menulis, kadang menulis terasa seperti sebuah keharusan. Belum bisa tidur kalau belum nulis yang untuk hari itu. Pernah sampe malem banget dan mepet-mepet jam 12 karena belum selesai nulisnya. Ya ampun, udah kaya deadline tugas kuliah dosen yang paling galak. Tapi aku suka, dengan begitu aku jadi lebih disiplin.
- Karena menulis, aku jadi lebih banyak belajar lagi. Beberapa tulisan ada yang ambis pengen pake data. Jadi harus searching. Mengumpulkan informasi yang penting dan meramunya menjadi menarik merupakan hal yang masih harus aku pelajari. Huhu, sungguh sulit ya ingin menelurkan tulisan berkualitas dan bisa memberi manfaat.
- Alhamdulillah, jadi belajar ngobrol sama diri sendiri. Mengorek luka lama dikit. Sungguh menyadari bahwa luka itu penanda kalau sesuatu pernah terjadi. Kemudian juga jadi banyak memikirkan apa saja yang telah dilalui selama ini, flashback kecil-kecilan itu membuatku makin bersyukur, meski kadang yang diteguk rasanya pahit, tapi selalu ada hint manis yang nongol ugal-ugalan. Terima kasih kepada penulis skenario terbaik di jagad raya ini~
- Jadi termotivasi ingin selama setahun penuh menulis di sini. Alasannya sederhana, ga punya diary. Ketinggalan di Bandung, dan malas juga beli diary, hemat kertas dong beb. Kebetulan semenjak awal April pulang ke rumah di Cikampek dan meninggalkan kosan di Bandung. Diaryku kutinggal di Bandung. Akhir Maret aku masih ingat isi diaryku adalah curhatan mengenai seseorang. Pun blog ini kiranya akan menjadi diary-ku, ia akan berisi orang-orang yang berdiam di kepala dan hatiku.
- Aku jadi bisa lebih memahami gaya tulisanku dan melihat beberapa gaya berbeda, kadang serius, kadang bercanda, kadang sungguh tidak penting. Rasanya aneh memerhatikan perubahan tersebut. Seperti melihat kolase fotografi yang kontras. Aku rasa itu semua merupakan bagian dari diriku, aku menerimanya, namun terkadang masih gemas aku dibuatnya. "Kok bisa ya aku nulis kaya begitu ih bukan aku banget??" masih sering terasa loh..
- Efek samping lainnya: Aku jadi hapal lagu dangdut. Mbak Woro Widowati utamanya~ Karena kalau malam musiknya bagian adekku yang cowo, dan dia hobi banget nyetel dangdut yang akustikan. Awalnya aku ragu tapi lama-lama keenakan juga. Hahaha.
Dear Bang Wiro, terima kasih sudah menjadi admin 31 Hari Menulis yang baik, yang juga mengilhami tulisan yang sangat singkat ini. Entah bagaimana takdir mempertemukanku dengan akun twitter 31 Hari Menulis. Dan kebetulan banget saat itu lagi pengen rajin menekuni hobi nulis. Dulu sekali, sebelum menjadi budak akademia di kampus Dago, cita-citaku adalah jadi penulis. Meski jauh dari kata penulis asli, ini kuanggap sudah setengahnya.
Sudah setengahnya untuk bisa mempercayai bahwa menulis itu menyenangkan. Dan jika pun menulis terasa menyulitkan, mungkin selama ini menulis nya masih kurang banyak sehingga masih butuh pembiasaan.
Yuk untuk kamu yang belum menulis, menulislah, mungkin kamu akan tahu sisi lain darimu yang tidak pernah kamu kenali sebelumnya~ Seperti aku, yang masih saja terus ngulik diri sendiri 💖
Comments
Post a Comment