Skip to main content

Meliora yang Tangguh dan Dedek yang Tidak Gemes

Sebelumnya ingin berterimakasih kepada Raffi Ahmad. Sudah lama saya tidak pernah membuka akun Facebook, bahkan sempat deaktivasi beberapa tahun. Berkat Raffi Ahmad, jadi membuka kembali Facebook, hanya untuk memfollow laman yang bisa memberikan asupan nutrisi jokes receh. Yang saya ikuti tentunya sesuai arahan Raffi Ahmad: laman Kemaslahatan FTV Reliji dan laman Penahan Rasa Berak .Sungguh humor unfaedah yang anjlok. 😙 😜

Nama Meliora saya peroleh dari laman meme dari sebuah kampus eksklusif yang ujug-ujug direkomendasikan di kotak pencarian: Ever better memes for meliora teens Akun tersebut dibesarkan oleh mahasiswa University of Rochester, salah satu kampus swasta yang terletak di New York 😚 Meliora merupakan slogan ringkas dari kampus tersebut. Artinya semakin baik (ever better ). Kampus ini emang ya ngga neko-neko, dalam sekali hembus nafas dia menunjukkan apa tujuan kita semua di bumi ini. Itu mengingatkan saya pada seseorang. Seorang sahabat yang berhak mendapat gelar Meliora, lebih berharga dari gelar kebangsawanan kerajaan manapun. Karena memang dia selalu meliora.

Setelah kemarin menuliskan kisah Rapunzel, kali ini masih dalam edisi persahabatan. Akan kukisahkan padamu Meliora yang Tangguh dan Dedek yang Tidak Gemes.

Meliora adalah nama samaran yang kuberikan, karena ketika ditanya mau disamarkan ga namanya, anaknya diam saja. Mungkin dia tidak sebegitu pedulinya. Begitulah moto lainnya Meliora, kalau orang lain bisa mikirin, kenapa harus aku yang mikirin. 😎

Meliora merupakan anak bungsu yang memiliki cita rasa anak sulung. Perempuan mandiri, cekatan, pembuat keputusan, judes dan diam-diam peduli tapi kadang beneran ga peduli juga. Pokoknya dia adalah gadis yang berbahaya kalau kamu tidak bisa handle dengan baik dan benar. Tipikal wanita karir yang bisa sampai pada C-level management. Aamiin.

Suatu ketika di dalam pekerjaannya, dia bertemu dengan anak baru. Karena anak ini baru, tentu saja dia seorang Dedek. Katanya sih gemes. Tapi menurutku ngga tuh. Badannya kekar, ototnya berisi, tinggi besar. Kalau berdiam di semak-semak dalam keadaan gelap, aku sendiri pasti mengira genderuwo. 😄

Eh maap. Kok ini mulut belum-belum udah menghujat aja.

Lanjut! Si anak baru ini masuk ke perusahaan tempat Meliora bekerja. Meliora adalah senior. Karena tuntutan kerja, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Saat itu Dedek Tidak Gemes posisinya sudah punya pacar. Tapi.. tapi.. tapi... entah Dedek yang terlalu baik dan bisa akrab sama siapa saja, atau memang ada apa-apanya, si Dedek dekat dengan Meliora. 

Si dedek berasal dari suatu kota yang merupakan kota yang pernah ditinggali oleh Meliora ketika menuntut ilmu, sehingga mereka punya satu bahan pembicaraan bersama yang orang lain tidak bisa masuk di dalamnya. Awalnya kedekatan itu hanya tentang nitip oleh-oleh dari kota milik mereka bersama itu. Lambat laun, mereka dekat sedekat mata kanan dengan mata kiri. Sedekat bulu ketek dengan bulu ketek lainnya di belahan ketek yang sama. Maaf perumaannya kurang asik. Oke ganti. Sedekat jarak adzan dengan iqomah. Sedekat para penumpang di angkot yang sesak.

Sampe panggil-panggilan BEB BEB BEB segala dong! Mereka masih merasa normal. 

Sampe si Dedek menjadi seseorang yang mengantar dan menemani ketika Meliora sakit. Mereka masih merasa normal. 

Sampe si Dedek memasak dan membawakan masakan tersebut untuk Meliora. Mereka masih merasa normal. 

Sampe si Dedek kadang menceritakan detail hidupnya, curhat tentang pasangannya. Mereka masih merasa normal.

Tapi suatu ketika, ada titik dimana Meliora mempertanyakan dalam hati mengenai perasaannya.

Sekali lagi, Meliora merupakan gadis yang tangguh. Dia tahu batas-batas profesionalitas. Meski ada masa dimana Meliora mulai menganalisis semuanya secara berlebihan. Menerka dan membatin tentang mereka berdua.

Pada awalnya ketika aku mendengar cerita manis ini, aku terkesima. Masih ada ya junior yang sangat baik seperti itu. Aku sendiri memang mempertanyakan motif Dedek, tapi ah sampai detik ini pun tak ada alat ukur yang mampu menilai secara pasti ketulusan seseorang. Aku berbaik sangka karena aku percaya bahwa orang baik akan dipertemukan dengan orang baik.

Aku dengan bahagia mendukung Meliora untuk menjalin hubungan yang lebih menjanjikan dengan Dedek. TIKUNG AJA SIS! Hufts, bobrok sekali moralku. Tapi karena kami berdua sama-sama dewasa, kami tahu menikung itu artinya berhadapan dengan risiko yang damage nya bisa mematikan. Apalagi ini konteksnya dunia kerja. Perpolitikan kantor jelas sangat kejam. Akhirnya gugus perasaan tersebut disimpan dengan rapat dalam hati Meliora.

Suatu hari, sehabis menonton TedTalk nya Brene Brown di Netflix, Meliora dirasuki setan jahat yang membisikkannya untuk mengungkapkan isi hati pada orang terkasih. Saat itu Meliora berniat mengutarakan perasaannya pada Dedek yang aduhai kiranya gemas itu. Aku dengan giat membantunya menyusun rencana bagaimana Meliora akan menyatakan isi perasaan. Mungkin karena kurang tidur dan banyak pekerjaan, dia menjadi gila, tentu saja dalam level yang masih wajar. Bisa kurasakan Meliora menjadi lebih berhati-hati namun juga bersenang-senang. 

Hari itu, aku lupa detailnya. Meliora dipukul mundur untuk membatalkan niatnya mengungkapkan perasaan. Mungkin dia telah selesai melaksanakan Analisis SWOT pada hubungan tersebut dan melihat lebih banyak weakness dan threat sehingga tidak feasible. Atau mungkin Tuhan telah memberinya mimpi yang sangat jelas tentang bagaimana Dedek itu bukan untuknya. Pilihlah saja alasan yang ideal untuknya.

Intinya, dia menyerah. Hari-hari kemudian berjalan biasa. Dedek masih sesekali memasak untuk Meliora. Dan yang kali ini mereka benar-benar merasa normal.

Kemarin lalu, Meliora menjabarkan, "aku tidak ingin hubungan non-profit ini berubah menjadi hubungan profit". Di balik kalimat tersebut, ada peristiwa. Sebuah titik balik. Katakan saja kedekatan personal antara Meliora dengan Dedek, membuat Dedek mendapat benefit kantor lebih mudah.

Meliora mengeraskan hatinya untuk bersikap lebih biasa saja dari biasa saja manapun yang pernah biasa saja.

Kemudian dia bercerita lagi tentang bagaimana dia kontinyu mengulang pertanyaan "emang aku mau dipimpin pria seperti dia? Emang aku mau merasakan kasih sayang yang bisa berujung menyakiti satu sama lain? Emang kamu mau timpang sebelah dalam perasaan?"

Meliora mematahkan hatinya sendiri dengan asumsi yang dia percayai. 

Meliora tidak salah, dia hanya menjadi lebih baik.

Dia memilih untuk menjadi perempuan tangguh.

💝 💘 💖 

Nak baru minggir, anak lama mau lewat

Dear Meliora,

Terima kasih telah menjadi teladan bagi kami. Aku bersyukur mengetahui hal ini, karena aku tahu kamu terlalu tangguh hingga bisa saja kamu tidak bercerita dan kelihatan baik-baik saja. 😄

Comments

Popular posts from this blog

Entry 5 - Gratitude Journal: Wished

What is something that you have now that seemed like a wish back then? The first thing that comes to my mind is the freedom to do anything.  Hal yang tampak seperti mimpi dulunya adalah melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Beberapa di antaranya merupakan adegan berbahaya yang hanya bisa dilakukan oleh ahli. Hal seperti bepergian sendiri kemanapun, membeli barang-barang lucu yang diinginkan, bahkan berpikir hanya untuk diri sendiri. Aku tidak tahu kenapa kota tempatku tinggal,  Karawang disebut Kota Pangkal Perjuangan, tapi aku cukup tahu semua orang di sini memang bergelar pejuang. Menjadi dewasa artinya bergerak menjadi seorang yang berjuang. Dulu semuanya diperjuangkan oleh orang lain tanpa kita maknai. Sekarang aku tahu betapa lelahnya itu, tapi tidak ada seorang pun bertanya, karena semua orang ingin beristirahat juga. Aku suka menjadi dewasa karena hal-hal yang tidak terlihat ketika aku kecil, sekarang semuanya nyata. Sayangnya, kita semua mend...

Entry 4 - Gratitude Journal: Happy Memories

Write about the memories that made you happy! Aku tumbuh dan dibesarkan dengan baik oleh ayah ibuku. Banyak kenangan indah yang bisa aku jadikan sebagai mantra Patronus-ku. Sangat sulit memilih mana yang bisa aku jadikan mantra utama penangkal duka lara. Kalau aku meninggal, core memoriesku mungkin bisa menentukan mana best of the best memories, kalau sekarang masih bingung milihnya. Aku suka hari-hari kenaikan kelas, pembagian raport, dan wisuda. Karena ada kebahagiaan terlimpah ruah setelah bisa melewati kesulitan berlevel, ada kesenangan terpancar saat kita bisa mengukir senyum bangga orang tua. Momen itu yang menjadi batu pondasi kalau kelak aku lupa apa itu rasanya bagaia. Momen bahagia baru terasa setelah serentetan lelah dan luka kita lalui, kita naik level, kita jadi lebih baik. Dan kenangan itu membuatku bahagia. Aku juga suka hari-hari normal yang berlalu dengan penuh kedamaian. Ada kewarasan yang tersimpan dalam sebuah rutinitas. Ada rasa aman ketika tahu kita bisa beristir...

Rethinking about Value

Setelah baca bukunya Matt Haig, aku baru ngeh.. beliau itu pemikirannya sedikit banyak mengurai apa yang muslim harus tahu. Salah satunya adalah tentang VALUE. Selama ini, kupikir value itu konsep yang diciptakan dan dikembangkan manusia untuk menjadi manusia yang diterima secara sosial, atau paling nggak menjadi manusia yang bisa membanggakan seseorang yang dicintainya. Misalnya aja, seseorang dianggap memiliki value ketika ia bertanggung jawab, punya integritas, punya kepribadian yang unik, punya passion yang diperjuangkan, punya ketangguhan dalam menghadapi gempuran masalah, dll dll. Semua itu.... dilakukan demi ayang. HEH bukan. Yaaaa maksudnya semua itu dilakukan demi menjadi manusia yang 'desirable' atau paling nggak 'acceptable' lah yaa.. Makanya orang tuh harus terus berusaha untuk mengenali dirinya, supaya tahu value apa lagi nih yang harusnya ada di dirinya, yaa biar bagusan dikit jadi manusia. Atau value apa yang harus di-achieve biar bisa so emejing like yo...

Entry 3 - Gratitude Journal: Most Grateful For

What person in your life are you most grateful for? What do you admire about them? Siapa orang yang paling kamu syukuri ada di hidupmu? Apa yang kamu kagumi darinya? Sebagai seorang anak, aku selalu bersyukur karena terlahir dari rahim seorang ibu yang sholehah. Dari senyum ibuku, lahir ketenangan. Dari do'a tulusnya, terbuka jalan yang dipermudah. Dari keberadaannya saja, dunia terasa baik-baik saja. Dari ridho ibu, ridho Allah pun terasa dekat. Sebagai seorang perempuan, aku kagum pada kekuatannya, begitu kuatnya ia menjalani takdir yang tak selalu ramah. Aku kagum pada kesabarannya untuk menikmati segala sesuatu diantara ketidaknikmatan yang khidmat. Aku mengagumi kebaikannya yang tulus, kalau ada seseorang yang pantas didaulat menjadi Menteri Sosial, itu adalah ibuku. Sebagai seorang manusia, aku mengagumi ibuku karena beliau sosok yang kehadirannya dirindukan. Aku tahu teman-temannya sering menanyakan kehadirannya yang alfa, atau ketika beliaulah yang selalu dicari dan ditany...