Skip to main content

Negara


Kenapa relationship kita dengan negara selalu berkisar antara cinta atau benci? Ngga pernah biasa aja.

Banyak orang stress nonton berita, ngga bisa handle kenyataan kalau di luar sana orang jahat lahir tiap detik.

Katanya jangan pernah tanyakan apa yang negara berikan untukmu, tapi tanyakan apa yang pernah kamu berikan untuk negaramu.

Intinya selama ini kita saling memberi, tapi juga saling meniadakan.

Bayar pajak, pajaknya dinikmati juga oleh kita. Cinta sesama, sesamanya juga cinta kita.

Apapun dibalas. Jadi ngapain tanya-tanya apa yang pernah diberikan, ngga ada yang memberikan lebih banyak.

Dalam hubungan ini ngga ada yang mendominasi. Tapi kenapa kita tetep ngga bisa biasa-biasa aja?

Selalu antara cinta dan benci.

Cinta karena kedamaiannya, benci karena angka kriminalitasnya.

Cinta karena ada kebaikan dan harapan di dalamnya, benci karena juga ada ketidakadilan.

Seperti apa sih hubungan seharusnya kita dengan negara? Kenapa kita ngga bisa ambil sikap tegas. Saya cinta tanah air saya. Atau saya benci.

Saya bertanya mengapa di awal saya hidup cinta tanah air itu diajarkan. Katanya cinta itu fitrah manusia, dan kodrat Ilahi. Lalu kenapa harus diajarkan?

Apakah karena manusia bisa hidup tanpa negara?

Seharusnya bisa, sehingga kita tidak buang-buang waktu untuk mencari tahu apa itu cinta tanah air. Atau mengapa kita sebegitu membencinya dan tetap tinggal dan berpijak di tanahnya?

Apa sesungguhnya yang saya rasakan tentang negara saya?

Saya sama seperti yang lain, tidak tahu apa-apa tentang negara. Untuk mencintai saja, saya butuh alasan. Apalagi untuk membelanya.

Saya tahu jauh di dalam lubuk hati saya, saya tidak membenci negara saya.

Tapi saya juga tidak tahu apakah saya punya cukup alasan dan keberanian untuk mencintai negara saya.


Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga

Kentut

Saya pernah nonton variety show-nya Negri Gingseng, Hello Counselor . Acaranya membahas problematika, kesulitan, dan penderitaan seseorang. Kind of curhat, but the problem usually soooo silly and weird, you can’t even imagine. Disitu ada host sama penonton. Host berfungsi juga sebagai panelis tanya jawab tentang permasalahan tersebut. Tanya jawabnya dua arah, dari sisi yang punya masalah dan yang jadi biang masalah. Hingga pada satu titik mereka coba memberi solusi. Terus penonton ngejudge itu masalah bukan untuk kemudian voting. Nah yang paling banyak dapet vote , nanti dapet hadiah. Ada satu episode yang menarik yang melibatkan hal paling manusiawi : kentut.

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar

Mampang Mempeng

“Jangan mampang-mempeung” ini slogan ibu saya. Intinya jangan mentang-mentang lagi dalam kondisi yang lebih baik jadi seenaknya. Dulu pas SD saya sering mendengar ucapan ini, karena saya sering lupa diri kalau ibu saya masak makanan kesukaan saya. Saya bolak-balik nambahin isi piring. Lalu ibu saya melempar slogannya. “Jangan mampang-mempeng.” Pernah juga saya nonton film india sampe malem, terus ibu saya kebangun buat pipis, dia mengagetkan saya karena dia itu langkahnya ga bunyi. Di antara kegelapan (lampu udah dimatiin), dia nongol dan mengucap slogan kesukaannya. “Jangan mampang-mempeng.” Juga suatu ketika saya jalan-jalan sama si doi, ibu saya berpesan agar slogannya jangan dilupakan, agar saya hendaknya bersikap seperti manusia yang dido’akan ibu saya. “Jangan mampang-mempeng.” Begitulah slogan ini terus bergema di rumah. Hal serius terjadi ketika akhirnya saya perlahan mandiri, pembicaraan itu bermula dari saya bertanya gimana cara ngatur duit, kok kerasanya b