Skip to main content

Pheromone

Temenku sms ke gue gini : Kurasa hatimu tau, seperti hatikupun tau.. Kita memutuskan untuk terus bersama itu karena kita tidak tahu bagaimana menangani kesendirian. Aku tidak ingin bersamamu cuma karena enggan sendiri, kau tidak layak untuk itu. Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan karena ketakutannya akan sepi.

Gue tau sms itu harusnya berada di inbox orang lain yang punya predikat pacar bagi temen gue itu, tapi dia ngga punya pacar makanya dia sms itu ke sembarang orang aja, dan gue masuk di daftar randomnya. Siapapun itu, pacarilah temen gue, he’s a really good man. Dari sms itu, gue mikir. Gue selalu takut kalau ternyata gue ngga pernah tau apa itu cinta, gue kadang takut yang gue rasain hanya gue takut kesepian dan akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan sama seseorang.

Gue pernah nonton film Sherlock, dan disitu Sherlock pernah menganalisa tentang Adler, cewe yang jatuh cinta padanya. Gejala fisik seseorang jatuh cinta itu salah duanya adalah detak jantung yang makin cepat ketika berada dengan orang itu dan membesarnya pupil mata ketika wajah kita berdekatan. Secara kimia, seseorang jatuh cinta itu melalui suatu reaksi yang kerap terjadi karena bau seseorang. Istilahnya pheromone, itulah yang lebih sering gue rasakan. Gue jatuh cinta pada bau-bauan itu. Di antara pacar dan bekas itu, tanpa mereka ketahui gue sangat suka mengendusi mereka. Ketika gue kangen, tiba-tiba bau itu menyeruak dalam ingatan gue.

Gue pernah melakukan penyelidikan terhadap merk parfum yang pacar gue gunakan. Gue ngga berani nanyain langsung, malu aja. Jadi pas ada orang lewat dan baunya kaya pacar gue, gue tanpa malu, gue todong itu orang “Maaf boleh tau pake parfum apa?”.. dan hatur tengkyu pada salah satu teman, karena akhirnya mengenal juga nama parfum itu. Nama parfumnya : Davidoff cool water game, lagi gue pake nih dan lagi gue endusin, karena lagi kangen.

Dan sekarang gue membantah pemikiran gue karena sms temen gue tadi. Pertama, gue rela kesepian hanya untuk orang yang gue cintai. Kedua, gue jatuh cinta berdasarkan sifat kimia.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar

Apakah menulis essay dengan bantuan bot itu etis?

Beberapa hari lalu sempet liat postingan di twitter mengenai bot yang bisa menulis essay , konon… bisa mempermudah pekerjaan mahasiswa. HAHAHA. Sebagai seseorang yang bekerja di lingkungan akademisi, cuma menggeleng kepala. Hey nanti kalau pekerjaan kamu di masa depan diambil alih bot, jangan salahin bot-nya ya! Kan emang bot nya toh yang selama ini belajar. Sungguh terlalu, Martinez! Martinez siapa ang? Gatau…. Pengen aja mencela, tapi ga mungkin mencela menggunakan nama Bambang, karena itu nama dosenku ☹ Berdasarkan taksonomi Bloom, mensintesis atau create itu letaknya pada hirarki paling tinggi. Jelaslah kalau menciptakan tulisan yang berisi ide, gagasan dan mensistemasinya dalam kesatuan paragraf bukan sembarang yang mampu melakukannya. Diperlukan kemampuan berpikir level yang tinggi atau high order thinking skill . 😙 Meskipun entah kenapa menurutku, essaybot ini keliatan banget bot nya. Tulisannya ga punya sentuhan manusia, kaya ga punya hati.. WOW itu tulisan apa mantan deh

Bumiayu

Welcome to the beautiful earth! Bumiayu. Back then I used to speak flawless javanese. But now, you can’t even tell that i ever had medok accent (aku ora ngapusi iki). Bumiayu was the first place I learned about manner and etiquette. Javanese have different level of politeness in their language. They have kromo javanese and ngoko javanese. Kromo javanese used to talk with the elderly and someone that you should respect, whereas ngoko javanese is used when you’re talk to your friend or your junior. The same thing happened with Japanese and Korean. They do had formal and informal language.