Skip to main content

Overthinking Day 1: Masih adakah harapan untuk kemanusiaan?


Kadang kalau liat ulah manusia akhir-akhir ini, suka mikir mungkin emang manusia itu nggak layak hidup di dunia ini? Kayak, ada aja kita tuh ngerusaknya. Kalau ga secara ekologis, moral, atau polusi apapun itu. Keberadaan kita tuh sebenernya layak nggak sih?

Somehow… if I tried to think about it. Kita pantes ga sih buat bumi ini? Yang kita sebut sebagai kemanusiaan ini masih ada harapan nggak sih? Dan.. kalau masih ada harapan… apakah kita sudah berprilaku seperti kita akan bertahan? Seperti kita……pantas bertahan?

Logikanya kalau emang kita layak.. kalau emang kemanusiaan ini masih ada harapan..

Orang-orang tuh.. HARUSNYA, cepet-cepet vaksin biar nggak melahirkan varian virus baru yang lebih berbahaya. Harusnya mastiin tiap anak, dapet obat, makanan bernutrisi, air bersih, dan edukasi terbaik.

Namun buktinya, manusia menunjukkan prilaku yang membuat kita semua selalu berpikir, kemanusiaan sudah mati. Manusia sudah tidak layak dipertahankan.

Memang bukan tentang benar atau salah, tapi ketika kita bilang kemanusiaan masih ada harapan, faktanya berlawanan dengan keyakinan kita.

Iya, saya pun termasuk yang yakin bahwa kemanusiaan masih memiliki harapan. Saya ingin semua resource kita dikerahkan untuk menjamin vaksin sampai ke semua orang. Saya ingin memperkecil jurang kemiskinan dan kekayaan. Saya ingin menjadi baik, agar bisa memperbaiki system. Tapi apalah daya, nyatanya masih lebih banyak orang yang tidak sepemikiran dengan itu. Apalah upaya, ketika manusia juga senyata-nyatanya egois dan memiliki kecenderungan untuk selalu berkonflik.

Bahkan manusia, tidak percaya bahwa kemanusiaan masih memiliki harapan.

Ashhhhhhhhhhhhhhhh, apakah ini yang dinamakan nihilism, gaes?

Iya satu hal sih, kita kan boleh ya percaya buta gitu. Misal aja mau percaya, apapun yang terjadi sekarang. Masih ada hal-hal yang bikin kita percaya lagi pada kemanusiaan.

Tapi kan kepercayaan juga harus mulai melirik logika ya.

Kalau logikanya nggak ngikut, ya harusnya evaluasi. Ini bahkan aku sampe mikir, apa Tuhan tuh nyiptain kiamat, karena sebenernya, Tuhan ga percaya sama humanity. At the end, ya manusia tuh menuju kehancurannya sendiri gitu..

EEEAAAAAAAAAAAAAAAAAA~ Dalam episode curhat malam ini yang sungguh dalam, so tau sih lebih tepatnya.

Kalau dipikir lagi, keruntuhan alam semesta tuh biasanya disebabkan meteor jatuh, gunung Meletus, apalah apalah yang sifatnya bencana alam.

Mungkin manusia akan jadi satu-satunya spesies yang bisa trigger kehancuran dunia, karena revolusi industry dan life-syle nya yang konsumtif nya ampun-ampunan.

Lebih jauh lagi ya.. mungkin juga… Seluruh makhluk, baik itu hewan, tumbuhan, bahkan bakteri sebenernya mereka bakal jauh lebih baik kalau nggak ada kita. Ya nggak tau juga sih, tapi ngerasa kayak.... kalau mereka diberi pemikiran dan kemampuan ngomong, pasti mereka udah perang terus deh sama kita.

Sekali lagi pertanyaan malam ini, masih adakah harapan untuk kemanusiaan? Pantaskah manusia untuk bertahan?

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar

Bumiayu

Welcome to the beautiful earth! Bumiayu. Back then I used to speak flawless javanese. But now, you can’t even tell that i ever had medok accent (aku ora ngapusi iki). Bumiayu was the first place I learned about manner and etiquette. Javanese have different level of politeness in their language. They have kromo javanese and ngoko javanese. Kromo javanese used to talk with the elderly and someone that you should respect, whereas ngoko javanese is used when you’re talk to your friend or your junior. The same thing happened with Japanese and Korean. They do had formal and informal language.

Apakah menulis essay dengan bantuan bot itu etis?

Beberapa hari lalu sempet liat postingan di twitter mengenai bot yang bisa menulis essay , konon… bisa mempermudah pekerjaan mahasiswa. HAHAHA. Sebagai seseorang yang bekerja di lingkungan akademisi, cuma menggeleng kepala. Hey nanti kalau pekerjaan kamu di masa depan diambil alih bot, jangan salahin bot-nya ya! Kan emang bot nya toh yang selama ini belajar. Sungguh terlalu, Martinez! Martinez siapa ang? Gatau…. Pengen aja mencela, tapi ga mungkin mencela menggunakan nama Bambang, karena itu nama dosenku ☹ Berdasarkan taksonomi Bloom, mensintesis atau create itu letaknya pada hirarki paling tinggi. Jelaslah kalau menciptakan tulisan yang berisi ide, gagasan dan mensistemasinya dalam kesatuan paragraf bukan sembarang yang mampu melakukannya. Diperlukan kemampuan berpikir level yang tinggi atau high order thinking skill . 😙 Meskipun entah kenapa menurutku, essaybot ini keliatan banget bot nya. Tulisannya ga punya sentuhan manusia, kaya ga punya hati.. WOW itu tulisan apa mantan deh