Skip to main content

Sepuluh Ujaran Rindu untuk Kamu

Satu
Hari ini aku makan es krim. Kamu mirip dengan es krim. Dingin tapi sweet. Semoga besok kita bisa makan es krim bareng.

Dua
Kupikir kamu memiliki jiwa layaknya sebuah gagang pintu yang tak terkunci, seseorang begitu mudah menyentuhnya dan masuk. Aku sudah masuk, dan kamu sekarang dimana? Ayo, cepat kesini.

Tiga
Kadangkala cinta akan datang padamu seperti api yang membakar hutan. Jika itu terjadi padamu, kemasi barangmu cepat. Jadilah lebih berani dari prasangkamu terhadap dirimu sendiri. Aku tahu hati manusia serupa sumbu. Dan kamu tidak tahu percikan yang mana yang bisa membunuhmu. Pergilah ke kota yang baru. Kirimilah aku surat dengan perangko yang belum pernah ku lihat. Sesekali kabari aku, katakan bahwa kamu baik-baik saja. 

Empat
Sudah jam 9 di sini. Kamu tahu, katanya, cinta itu melumpuhkan kemampuan kita untuk membandingkan. Itulah sebabnya ketika kita mencintai seseorang tidak ada lagi “seseorang yang lebih baik”. Di sana jam berapa, hai kamu yang terbaik?

Lima
Di masa depan, aku tak butuh fantasi. Aku butuh lebih banyak waktu bersamamu. Pun aku tak butuh terang di ujung gelap gulita terowongan. Aku butuh kita.

Enam
Gencatan senjata dan nota damai di dalam kepenatan. Ikan duduk di tepi kolam. Ketika yang sunyi menjadi bertikai. Ketika yang bersembunyi memutuskan berhenti. Tolong izinkan aku mengerti maknanya. Makna bahwa rindu ini sungguh ada maknanya.

Tujuh
Memang, rasa syukur masih menjadi lensa termahal di dunia ini. Terkadang aku merasa patah hati sendirian. Karena perkataan ‘tidak semua hal dalam hidup bisa dimiliki.’ Sakit adalah bagian utara, salah satu pangkal dari suatu perjalanan mencintai. Jujur, kenapa sih aku harus kangen? Maaf aku belum punya lensa termahal.

Delapan
Jika tiga ratus enam puluh lima hari belum cukup untuk memudarkan rasa rindu ini padamu, tampaknya tambahan waktu pada hari depan bisa menjadi katalis. Atau setidaknya menjadi awal dari prinsip yang ingin mulai ditanamkan pada diri sendiri: ‘justru terkadang suatu hal menjadi indah ketika kita tidak memilikinya’.

Sembilan
NGGAK KOK. SIAPA BILANG AKU RINDU?? NGARANG!!

Sepuluh
Aku kangen sama kamu. Ayo kapan kita kemana?

kangen juga jajan gorengan ditaburi debu jalanan

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar

Apakah menulis essay dengan bantuan bot itu etis?

Beberapa hari lalu sempet liat postingan di twitter mengenai bot yang bisa menulis essay , konon… bisa mempermudah pekerjaan mahasiswa. HAHAHA. Sebagai seseorang yang bekerja di lingkungan akademisi, cuma menggeleng kepala. Hey nanti kalau pekerjaan kamu di masa depan diambil alih bot, jangan salahin bot-nya ya! Kan emang bot nya toh yang selama ini belajar. Sungguh terlalu, Martinez! Martinez siapa ang? Gatau…. Pengen aja mencela, tapi ga mungkin mencela menggunakan nama Bambang, karena itu nama dosenku ☹ Berdasarkan taksonomi Bloom, mensintesis atau create itu letaknya pada hirarki paling tinggi. Jelaslah kalau menciptakan tulisan yang berisi ide, gagasan dan mensistemasinya dalam kesatuan paragraf bukan sembarang yang mampu melakukannya. Diperlukan kemampuan berpikir level yang tinggi atau high order thinking skill . 😙 Meskipun entah kenapa menurutku, essaybot ini keliatan banget bot nya. Tulisannya ga punya sentuhan manusia, kaya ga punya hati.. WOW itu tulisan apa mantan deh

Bumiayu

Welcome to the beautiful earth! Bumiayu. Back then I used to speak flawless javanese. But now, you can’t even tell that i ever had medok accent (aku ora ngapusi iki). Bumiayu was the first place I learned about manner and etiquette. Javanese have different level of politeness in their language. They have kromo javanese and ngoko javanese. Kromo javanese used to talk with the elderly and someone that you should respect, whereas ngoko javanese is used when you’re talk to your friend or your junior. The same thing happened with Japanese and Korean. They do had formal and informal language.