Skip to main content

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?


Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’?

Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas?

Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong.

Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar?
Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak)

1. Killer smile
Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takarannya pas, nikmat, mantap, lezat, minta nambah lagi dan lagi. Perfecto.

Ngga terlalu manis, kalau kemanisan itu pait loh. Dan ngga kurang manisnya, kalau kurang ya sepet.

Killer smile ini biasanya dibumbui ketulusan, senyum ya karena memang ingin tersenyum. Terus kalau diartikan senyumnya itu membawa kebaikan, ngga ada maksud untuk tebar pesona apalagi menyakiti.

2. Irit ngomong
Mas-mas jawa itu kalau ngomong seperlunya aja, seakan suaranya pake pulsa gitu.. biasanya kan suaranya berkharisma. Jadi kalau berbicara itu selalu ditunggu-tunggu.

Saya pikir orang jawa ini pada irit ngomong karena dibesarkan dalam keluarga yang memang budayanya ngga banyak berekspresi secara verbal. Penghormatan, rasa sayang dan kebaikan itu langsung aja lewat tindakan. Ngga banyak cingcong, karena mereka sadar diri apa yang harus dilakukan itu kadang ngga perlu diumumin di speaker masjid. Tipe yang no talk mostly do.

3. Prilakunya priyayi
Prilaku jadi poin penting apakah kejawaan seseorang itu original atau udah KW-an.
Orang Jawa asli biasanya sopan banget gitu kan, memperlakukan wanita penuh manner, tapi diem-diem, ngga pengen diliat, ngga pengen dipuji.

Pada yang lebih tua, bahasanya dijaga, wibawanya dikontrol. Ke yang lebih muda, berusaha jadi contoh, ngga merasa paling dan tanpa disadari berkorban untuk membantu atau membahagiakan.


Special guest : Pak BR

4. Kecerdasannya terpancar ke wajah
Orang yang cerdas intelenjesia dan emosionalnya, pasti keliatan. Beda aja auranya.
Cerdas itu yang kaya gimana sih?
Cerdas itu yang tahu kapan harus bicara, bertindak, mengambil resiko dan bahkan tahu kapan saatnya berhenti.

Mereka yang bekerja keras, tapi ngga suka ngeluh. Mereka yang berwawasan luas tapi tidak menjadikannya cerewet merasa paling tahu. Mereka yang selalu rendah hati karena sadar manusia itu setara haknya. Mereka yang menghargai orang lain karena pemikirannya selalu dibiarkan terbuka namun tidak membiarkan prinsipnya terganggu.




Mas-mas jawa rata-rata cerdasnya seperti itu.



Apa hal-hal yang di atas selalu ada pada mas-mas jawa? Kebanyakan iya. Cuma masalahnya sekarang kan mas-mas jawa yang ada di pasar udah blasteran sama sunda, manado, padang, betawi, ya rada KW. Tapi ngga nutup kemungkinan juga kualitas yang bagus ditemukan pada orang-orang yang ngga kita duga.

Contohnya kamu mas.

Selamat pagi, mas.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga

Apakah menulis essay dengan bantuan bot itu etis?

Beberapa hari lalu sempet liat postingan di twitter mengenai bot yang bisa menulis essay , konon… bisa mempermudah pekerjaan mahasiswa. HAHAHA. Sebagai seseorang yang bekerja di lingkungan akademisi, cuma menggeleng kepala. Hey nanti kalau pekerjaan kamu di masa depan diambil alih bot, jangan salahin bot-nya ya! Kan emang bot nya toh yang selama ini belajar. Sungguh terlalu, Martinez! Martinez siapa ang? Gatau…. Pengen aja mencela, tapi ga mungkin mencela menggunakan nama Bambang, karena itu nama dosenku ☹ Berdasarkan taksonomi Bloom, mensintesis atau create itu letaknya pada hirarki paling tinggi. Jelaslah kalau menciptakan tulisan yang berisi ide, gagasan dan mensistemasinya dalam kesatuan paragraf bukan sembarang yang mampu melakukannya. Diperlukan kemampuan berpikir level yang tinggi atau high order thinking skill . 😙 Meskipun entah kenapa menurutku, essaybot ini keliatan banget bot nya. Tulisannya ga punya sentuhan manusia, kaya ga punya hati.. WOW itu tulisan apa mantan deh

Bumiayu

Welcome to the beautiful earth! Bumiayu. Back then I used to speak flawless javanese. But now, you can’t even tell that i ever had medok accent (aku ora ngapusi iki). Bumiayu was the first place I learned about manner and etiquette. Javanese have different level of politeness in their language. They have kromo javanese and ngoko javanese. Kromo javanese used to talk with the elderly and someone that you should respect, whereas ngoko javanese is used when you’re talk to your friend or your junior. The same thing happened with Japanese and Korean. They do had formal and informal language.