Suatu pagi ketika aku sedang berjalan santai akan membeli makan. Aku tidak punya tempat tujuan spesifik, hanya membiarkan kakiku melangkah dan instingku bekerja. Kudapati diriku seperti terjatuh ke dalam mimpi. Aku asing dengan suasana yang perlahan memenuhi udara. Aku melintas di dunia yang tidak terjamah dunia. Bangunan kumuh. Manusia dengan rambut yang belum kenal shampoo. Bau kemiskinan menusuk hidung. Saat itu lah terlintas dalam benakku, “mengapa manusia tidak pernah diberi kesempatan unutk memilih saat mereka akan dilahirkan ke dunia ini? Mereka tidak pernah diberi kesempatan memilih mau lahir ataukah tidak? Mereka tidak pernah diberi kesempatan memilih mau dilahirkan sebagai apa, kehidupan macam apa yang akan mereka jalani? Mereka sepertinya hanya lahir, hidup, mati dan terlupakan keberadaannya.” Aku seharusnya tidak boleh mempertanyakan sesuatu yang Tuhan rahasiakan. Lantas aku ingat apa yang dikatakan Angkie di tayangan Kick Andy, “manusia tidak bisa memilih saat hendak dilahirkan ke dunia, tapi manusia yang mau berusaha akan mampu mengubah nasib yang diberikan padanya.”
What is something that you have now that seemed like a wish back then? The first thing that comes to my mind is the freedom to do anything. Hal yang tampak seperti mimpi dulunya adalah melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Beberapa di antaranya merupakan adegan berbahaya yang hanya bisa dilakukan oleh ahli. Hal seperti bepergian sendiri kemanapun, membeli barang-barang lucu yang diinginkan, bahkan berpikir hanya untuk diri sendiri. Aku tidak tahu kenapa kota tempatku tinggal, Karawang disebut Kota Pangkal Perjuangan, tapi aku cukup tahu semua orang di sini memang bergelar pejuang. Menjadi dewasa artinya bergerak menjadi seorang yang berjuang. Dulu semuanya diperjuangkan oleh orang lain tanpa kita maknai. Sekarang aku tahu betapa lelahnya itu, tapi tidak ada seorang pun bertanya, karena semua orang ingin beristirahat juga. Aku suka menjadi dewasa karena hal-hal yang tidak terlihat ketika aku kecil, sekarang semuanya nyata. Sayangnya, kita semua mend...
Comments
Post a Comment