Skip to main content

Catatan Penghujung Tahun

U2 bilang, “I still haven't found what I'm looking for”. Aku tak tahu apa yang kucari, tak tahu berapa lama dan seberapa lama lagi. Kalau saja orang-orang tahu, aku cuma ingin muntah. Di balik tubuh lemah dan di dalam kepala bundar ini, aku cuma muntah besar, bau, busuk, melayang-layang bagai arwah terkutuk. Sering kubayangkan diriku menjadi makhluk lain. Kadang-kadang aku ingin jadi lele saja, dihajar di kepala dengan benda tumpul, lalu digoreng sampai ko'it. Atau hidup vegetatif seperti gulma keras kepala di kebun depan, dicabuti berulang-ulang tapi dengan muka badak tumbuh lagi seolah tak terjadi apa-apa. Atau jadi selokan, lalu diberaki anak kecil sekampung. Kadang-kadang, segalanya lebih baik dibandingkan jadi aku.

Hari ini aku merasa benar-benar sendiri. Aku berjalan sendiri. Waktu aku lihat orang-orang jalan berdua, aku benar-benar merasa sepi, ketika mendapati aku berjalan sendiri. Rasanya antara iri dan ingin marah. Entah perasaan itu tak bernama.

Hari ini aku merasa benar-benar sendiri. Bukan karena aku tidak ada pacar. Bukan karena tidak lagi bersama teman. Bukan karena jauh dari keluarga. Mereka ada, tapi mungkin hari ini, mulai jadi hari pertama aku mengawali kesendirianku.

Hari ini aku merasa benar-benar sendiri. Aku sadar, aku lahir ke dunia ini sendirian, Tidak bersama pacar apalagi serombongan dengan teman. Ya! Memang sendirian. Maka dari itu aku harus mampu hidup dan bertahan dalam kesendirian. Suatu saat nanti aku bakal mati dan itu sendirian.

Hari ini aku merasa benar-benar sendiri. Rasanya cuma aku seorang diri yang ada dan hidup disini. Aku mulai berfikir, mungkin masa kebersamaan sudah habis. Tidak selamanya aku bisa manja pada orang sekitarku. Tidak selamanya selalu have fun. Aku butuh ruang, ruang untuk merasakan sesuatu yang bernama ‘kesendirian’. Menjadi sendiri, sepi, dan itu tidak enak!

Hari ini aku merasa benar-benar sendiri. Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi sama perasaan aku. Kali ini aku merasakan kesendirian yang aneh. Entah mengapa. Rasanya tiap kali melihat oranglain, rasanya seperti mereka sangat menikmati hidup, sangat bahagia, Dan aku TIDAK!!

Comments

Popular posts from this blog

Cara Perempuan Jepang Membuang Bekas Pembalut

Selama hidup di Jepang, hal yang paling berkesan untukku adalah tiada hari berlalu tanpa pembelajaran. Bahkan ketika aku di rumah aja ngga ngapa-ngapain, aku tetap dapet pembelajaran baru. Jadi suatu pagi… aku lagi di apartemen aja kan biasa pengangguran laten [ gaya abiesz, bilang aja kosan Pak Ruslan versi fancy wkwk ], dan temen sekosanku yang orang jepang, dia nyimpen bungkus pembalut di kamar mandi. Hmm oiya kita tuh kamar mandinya shared, cuma beda kamar bobo aja. Jadi dia narohnya di salah satu papan yang ada di atas WC duduk gitu, biasanya di papan tersebut kita simpen tissue cadangan atau pengharum ruangan di situ. Oke dia lagi menstruasi. Tapi ini untuk pertama kalinya aku nemuin sampah yang digeletakin gitu aja. Nah, buat kalian yang ngga tau pembungkus pembalut yang mana, ini aku sertakan gambar… karena kebetulan aku lagi rajin dan lagi mens juga. Jadi ini pembalut… Dan ini bungkusnyaaa… yang mana tergeletak di WC tadi. Aku langsung bingung, ih tumben banget kok ngga

Ada Apa dengan Mas-Mas Jawa?

Kalau kamu adalah seorang perempuan, apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata ‘Mas-Mas Jawa’? Apakah seksi, idaman, gagah, karismatik terlintas meski hanya sekilas? Tak dipungkiri lagi mas-mas jawa adalah komoditas utama dalam pencarian jodoh. Cewe-cewe entah kenapa ada aja yang bilang, “pengen deh dapet orang jawa.” Alasannya macem-macem mulai dari yang sekedar impian masa kecil, pengen aja, sampe dapet wangsit dari mbah Jambrong. Saya ngga ngelak, pria jawa memang identi dengan kualitas terbaik. Mungkin Abang, Aa, Uda, Bli, Daeng, atau Bung juga suka merasa daya saing di pasar rendah, apakah dikarenakan passing grade Si Mas-Mas tinggi? Atau karena ada quality control sebelum masuk pasar? Hmm. Mari disimak beberapa hal yang membuat mas jawa menjadi undeniable (ngga bisa ditolak) 1. Killer smile Mungkin tatapannya orang Jerman atau seringainya kumpeni itu bisa membunuh. Tapi untuk seorang mas-mas jawa, yang membunuh itu senyum. Bikin klepek-klepek. Takar

Apakah menulis essay dengan bantuan bot itu etis?

Beberapa hari lalu sempet liat postingan di twitter mengenai bot yang bisa menulis essay , konon… bisa mempermudah pekerjaan mahasiswa. HAHAHA. Sebagai seseorang yang bekerja di lingkungan akademisi, cuma menggeleng kepala. Hey nanti kalau pekerjaan kamu di masa depan diambil alih bot, jangan salahin bot-nya ya! Kan emang bot nya toh yang selama ini belajar. Sungguh terlalu, Martinez! Martinez siapa ang? Gatau…. Pengen aja mencela, tapi ga mungkin mencela menggunakan nama Bambang, karena itu nama dosenku ☹ Berdasarkan taksonomi Bloom, mensintesis atau create itu letaknya pada hirarki paling tinggi. Jelaslah kalau menciptakan tulisan yang berisi ide, gagasan dan mensistemasinya dalam kesatuan paragraf bukan sembarang yang mampu melakukannya. Diperlukan kemampuan berpikir level yang tinggi atau high order thinking skill . ๐Ÿ˜™ Meskipun entah kenapa menurutku, essaybot ini keliatan banget bot nya. Tulisannya ga punya sentuhan manusia, kaya ga punya hati.. WOW itu tulisan apa mantan deh

Bumiayu

Welcome to the beautiful earth! Bumiayu. Back then I used to speak flawless javanese. But now, you can’t even tell that i ever had medok accent (aku ora ngapusi iki). Bumiayu was the first place I learned about manner and etiquette. Javanese have different level of politeness in their language. They have kromo javanese and ngoko javanese. Kromo javanese used to talk with the elderly and someone that you should respect, whereas ngoko javanese is used when you’re talk to your friend or your junior. The same thing happened with Japanese and Korean. They do had formal and informal language.