Photo by Dylan Whale Di depan rumah ayah ibu, ada pohon jambu, serawung dan melati. Dibiarkan hidup, tapi tidak diurus serius. Kemudian di depan balkon lantai dua, ayahku mengisinya dengan tabulampot alias tanaman buah dalam pot. Tidak besar, hanya sekitar 18m 2 . Mulanya hanya jambu air. Kemudian karena terlalu sepi, ayahku mulai menanam cabe, tomat, kacang panjang dan kacang kratok. Posisi balkon lantai dua berhadapan dengan tempatku bekerja selama WFH di 2020, kadang aku memerhatikan kebun kecil itu ketika sedang beristirahat atau merasa suntuk. Suatu ketika aku kesambet, mendadak aku check out beberapa benih tanaman sayur. Pakcoy, caisim, bayam, kangkung, selada, kailan, bawang merah, daun bawang, seledri. Nampaknya kesambet Dewi Sri alias Dewi Pertanian sih. Aku akhirnya ikut berkontribusi pada kebun di depan balkon lantai dua itu. Selama 2020-2023, aku resmi menjadi tukang kebun. Ada beberapa hal yang aku pelajari dari berkebun. Nggak tau ngaco apa nggak, kalau ngelamun di d
Apakah kau rasakan semilir angin yang menerpa wajahmu itu melantunkan deraian syukur? Tidakkah kau mencerap daun yang kelelahan dan ranting yang gelisah itu juga membisikkan pujian dan pengagungan? Sudahkah kau mendengarnya? Dari sudut kota yang kelimpungan dan bahu jalan yang tersisih? Dari kelengangan atap langit yang mengantuk dan gemersik pasir yang merebah riuh? Pernahkah kau berusaha mendengarkan? Atau telingamu terlalu sibuk membisukan hatimu? Apakah kau merasa aman ketika napasmu hanya titipan? Bisakah kau baik-baik saja ketika pemilik napasmu memintanya kembali? Tidak usah kau mengangkat kepalamu yang penuh cemas itu. Bersujudlah kepalamu di mana jasadmu dibaringkan. Lucuti pekik perang dan rayuan. Kembalilah tanpa apa atau siapa, tinggalkan ke ruang penuh pengagungan. Percayalah, setiap do'a sampai tak tersia-sia. Tetes air matamu dijanjikan akan melepas semua kenistaan. Tunduk dan memohonlah. Menangislah dengan ikhlas. Benamlah rindu dalam rintihmu. Kabarkan cinta dalam